Kasih: Pengikat yang Mempersatukan dan Menyempurnakan
“Di atas semua itu, kenakanlah kasih, yang menjadi pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan segalanya” (Kolose 3:14).
Di dalam Kolose pasal 3, Rasul Paulus memakai gambaran tentang pakaian untuk menjelaskan karakter Kristen. Ia menasihatkan agar orang percaya “mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran” (ay. 12), serta “saling mengampuni … sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu” (ay. 13). Sebagaimana pakaian luar menutupi dan melengkapi seluruh busana seseorang, demikian pula kasih menjadi unsur yang mempersatukan dan menyempurnakan “pakaian” karakter rohani.
Seorang bapa gereja bernama Yohanes Krisostomus (347–407 M), yang dijuluki “bermulut emas” pernah berkata, “Kasih adalah ikat pinggang kebajikan. Tanpanya, semua kebajikan terlepas dan tercerai-berai; bila diikat oleh kasih, semuanya menjadi sempurna dan kuat.” Pandangan ini sejalan dengan pesan Paulus, kasihlah yang menyatukan seluruh kebajikan dalam hidup orang percaya.
Kasih yang Mempersatukan
Kasih menghasilkan kesatuan. Tidak ada kesatuan tanpa kasih, dan tidak ada kasih tanpa pengampunan. Dalam kasih, kita mampu bersabar, menerima kelemahan sesama, dan memberi pengampunan terhadap kesalahan mereka. Semua ini mencerminkan kasih Kristus yang lebih dahulu bersabar dan mengampuni kita. Kasih menolong kita melihat orang lain dengan mata Kristus, bukan sebagai pesaing, tetapi sebagai saudara seiman yang berharga di hadapan Allah. Dalam kasih, gereja sungguh mencerminkan tubuh Kristus yang hidup; setiap anggota saling menopang dan melayani sesuai panggilannya.
John Calvin juga berkata, “Seperti ikat pinggang yang menyatukan pakaian, demikian kasih menjaga semua anugerah Allah berada di tempatnya yang semestinya dan menata seluruh kehidupan seorang percaya.” Kasih bukan hiasan, melainkan struktur yang memampukan kebajikan rohani bekerja secara utuh. Kasih tidak menghapus perbedaan, tetapi menjadikannya kekayaan yang saling melengkapi. Tanpa kasih, relasi mudah retak; dengan kasih, perbedaan berubah menjadi kekuatan.
Kasih yang Menyempurnakan
Karena kita telah dikasihi dan dikuduskan, kita dipanggil untuk mengenakan karakter Kristus. Paulus memakai istilah “kenakanlah” untuk menggambarkan bahwa hidup baru dalam Kristus seperti mengenakan pakaian rohani, suatu identitas baru yang tampak melalui tindakan sehari-hari. Kasih disebut “pengikat kesempurnaan” karena kasih menjahit semua sifat rohani menjadi satu kesatuan yang dewasa dan serupa dengan Kristus. Kasih menyempurnakan karakter, kita mengampuni sebagaimana Tuhan telah mengampuni kita.
Ketika kasih menjadi dasar tindakan dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan komunitas, gereja akan tampil sebagai saksi nyata bagi dunia. Ibarat benang yang menjahit berbagai kain menjadi satu pakaian, kasih menyatukan seluruh aspek kehidupan rohani menjadi kesatuan yang indah. Kasih menyempurnakan karena ia merupakan gambaran paling utuh dari karakter Kristus. Kasih bukan teori, melainkan gaya hidup. Ia menolak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.
Kasih sebagai Tanda Pengenal Orang Kristen
Sejak gereja mula-mula, kasih benar-benar menjadi ciri khas umat Kristen. Dunia kekaisaran Romawi menyaksikan bagaimana orang percaya merawat orang sakit dan miskin, bahkan mereka yang bukan seiman; bagaimana mereka menguburkan orang asing yang tidak dikenal, serta tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Karena itu, ungkapan “orang Kristen dikenal karena kasihnya” bukanlah slogan, melainkan panggilan hidup. Setiap tindakan, sikap, dan perkataan orang percaya seharusnya mencerminkan kasih Kristus, baik di gereja, keluarga, pekerjaan, maupun kepada mereka yang berbeda keyakinan. Idealnya, ketika seseorang melihat hidup orang Kristen hari ini, ia dapat berkata, “Mereka itu pengikut Kristus; aku tahu dari cara mereka mengasihi.” Reputasi orang Kristen seharusnya adalah kasih.
Dunia kita dipenuhi perbedaan dan gesekan, dalam keluarga, gereja, bahkan masyarakat. Dalam konteks inilah Paulus telah mengingatkan jemaat Kolose bahwa ada satu kekuatan yang mampu mempersatukan dan menyempurnakan segalanya, kasih. Sungguh kasih mempersatukan, menjalin hubungan harmonis dalam tubuh Kristus. Kasih menyempurnakan, membawa semua kebajikan rohani mencapai tujuannya, keserupaan dengan Kristus. Nyatalah bahwa kasih adalah pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan karena membawa orang percaya kepada kedewasaan rohani, sebagaimana maksud dan tujuan hidup kita untuk makin menjadi serupa dengan Kristus, Tuhan dan Junjungan kita semua. **YM
