Dukungan Komunitas Bagi Orang Percaya Yang Dianiaya
Orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, selain mendapatkan keselamatan kekal, juga akan mengalami penganiayaan karena imannya tersebut. Hal ini dinyatakan rasul Paulus di dalam Filipi 1:29, “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia.” Jauh sebelumnya, di dalam Khotbah di Bukit, Tuhan Yesus sudah menyatakan betapa berbahagia orang percaya yang dicela, dianiaya, dan difitnahkan segala yang jahat oleh karena kebenaran mengikut Dia, sebagaimana telah dialami oleh para nabi di zaman Perjanjian Lama (Mat. 5:10-12). Hal serupa dinubuatkan-Nya dalam percakapan dengan murid-murid-Nya menjelang penyaliban-Nya, bahwa akan ada banyak orang yang murtad dan saling menyerahkan dan membenci satu sama lain dan orang percaya sejati akan disiksa (Mat. 24:9-10).
Nubuat ini pertama-tama tentu saja dialami oleh Tuhan Yesus sendiri, yang dikhianati dan dianiaya sampai mati, tetapi kemudian juga dialami oleh para murid dan orang percaya di gereja mula-mula, dan terus berlanjut sampai saat ini. Tertulianus, seorang bapa gereja dari abad kedua mengatakan bahwa darah para martir adalah benih gereja. Firman Tuhan di dalam 2 Timotius 3:12 mengajarkan bahwa gereja tidak pernah akan terlepas dari penderitaan ketika jemaatnya mencoba untuk hidup beribadah (terjemahan LAI-TB) atau hidup saleh (terjemahan ESV) di dalam Kristus Yesus. Tugas gereja bukan berusaha menghindarkan orang percaya dari penganiayaan namun mendorong mereka untuk hidup saleh sesuai Firman Tuhan, sekalipun harus mengalami penganiayaan. Selain itu, gereja juga dipanggil untuk memberikan dukungan kepada orang percaya ketika mereka mengalami penganiayaan. Yang dimaksudkan dengan gereja tentunya bukan hanya gereja secara struktur formal tetapi setiap komunitas umat percaya yang ada dimana saja, entah di dalam suatu denominasi tertentu, entah lintas denominasi atau bahkan lintas negara dan generasi. Termasuk di dalam pemahaman komunitas adalah komunitas dalam satu pelayanan atau komunitas satu Care Group.
Mengapa gereja harus memberikan dukungan kepada orang percaya yang dianiaya? Firman Tuhan mengingatkan bahwa semua orang percaya terikat dalam satu tubuh Kristus, dan jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita (1 Kor. 12:26). Ketika orang percaya mengalami penganiayaan, orang percaya lainnya tidak boleh tinggal diam. Mereka harus melakukan langkah-langkah untuk sejauh mungkin mendukung saudara mereka yang sedang mengalami penganiayaan. Firman Tuhan mengingatkan agar orang percaya saling bertolongan menanggung beban mereka (Gal. 6:2).
Penganiayaan yang dimaksudkan tentu bukan hanya penganiayaan secara fisik yang dapat mengancam jiwa secara langsung (misalnya kasus ISIS, dan sebagainya). Penganiayaan juga bisa dalam bentuk pelecehan verbal maupun non-verbal, diskriminasi perlakuan (di sekolah, tempat kerja maupun lingkungan yang memengaruhi kesempatan pengembangan diri, ekonomi dan politik), tindakan melawan hukum secara terorganisasi maupun sporadis (misalnya, perusakan rumah doa, pelarangan beribadah) dan sebagainya.
Apa saja yang bisa diberikan oleh komunitas orang percaya untuk sesamanya yang mengalami penganiayaan? Tentu sangat banyak yang bisa dilakukan. Yang paling dasar adalah dukungan kerohanian. Salah satunya adalah melalui doa bersama secara reguler, seperti yang dilakukan jemaat mula-mula ketika Petrus ditangkap (Kis. 12:5). Selain menyatakan kebergantungan pada Allah dan keinginan agar Allah bertindak untuk anak-anak-Nya, doa bersama secara reguler akan memberikan kekuatan iman kepada orang percaya yang dianiaya ketika mereka tahu terus didoakan dan tidak ditinggalkan berjuang sendirian. Selain doa, dukungan kerohanian juga bisa dilakukan melalui sharing kesaksian dari orang-orang yang pernah mengalami penganiayaan dan mendapatkan kekuatan Tuhan. Bisa jadi mereka mengalami penganiayaan yang sama di waktu dan tempat berbeda atau penganiayaan dengan bentuk yang berbeda. Setiap kesaksian tentang bagaimana Tuhan menolong dan menguatkan mereka akan memberikan kekuatan tambahan bagi orang percaya yang sedang dianiaya (bdk. 2 Kor. 1:4).
Dukungan lebih praktis yang bisa diberikan komunitas orang percaya adalah dengan menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan orang percaya. Hal ini telah dilakukan oleh gereja mula-mula ketika mereka hidup saling mendukung satu sama lain dalam segala keterbatasan yang ada (Kis. 2:45-47). Komunitas bisa mengumpulkan donasi untuk membantu orang percaya yang dianiaya dan keluarganya. Donasi dalam bentuk uang, barang, atau makanan akan sangat menolong ketika mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkannya secara normal. Dukungan semacam ini bisa menolong kelanjutan sekolah atau kuliah dari orang percaya yang terhenti dukungan finansialnya sebagai akibat imannya kepada Kristus. Ketika tulang punggung keluarga dianiaya dan tidak bisa menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi keluarga yang ditinggalkan, komunitas dapat memberi dukungan melalui penyediaan makanan, pemeliharaan anak, atau orang tua dan sejenisnya. Sebagian orang yang dianiaya mungkin mengalami kesulitan untuk menemukan tempat tinggal karena diusir dan dibatasi akses tinggalnya. Komunitas orang percaya bisa mendukung untuk pembiayaan tempat tinggal maupun penyediaan tempat yang aman untuk berlindung. Sebagian orang lagi mengalami kesulitan dalam berusaha atau bekerja. Dalam hal ini komunitas bisa memberikan dukungan melalui rekrutmen atau pelatihan agar mereka tetap bisa mencukupkan kebutuhan diri dan keluarganya.
Pada umumnya orang percaya yang dianiaya juga mengalami berbagai trauma dan ketakutan psikologis. Dalam hal ini komunitas dapat meneguhkan penyertaan Tuhan atas diri mereka ketika anggota-anggota komunitas sungguh-sungguh mendengarkan dan memberikan perhatian atas pergumulan yang ada. Keberadaan kelompok kecil akan memberikan dukungan lebih personal kepada mereka yang dianiaya. Jika ada anggota komunitas yang memiliki keterampilan dalam konseling atau penanganan trauma, maka mereka dapat membantu menangani rasa trauma dan segala ketakutan, terlebih lagi kepada kaum yang lebih rentan seperti anak-anak atau orang lanjut usia.
Dukungan lebih luas dari komunitas yang memiliki jaringan dan keahlian tertentu juga akan sangat bermanfaat agar penganiayaan tidak berjalan semakin parah atau berlarut-larut. Misalnya, jejaring dengan ahli hukum atau aparat keamanan mungkin lebih mudah diakses oleh sebagian anggota komunitas pendukung. Penganiayaan juga bisa menjadi perhatian publik yang lebih luas, dan dengan demikian mendapatkan perlawanan dari masyarakat umum, dengan pelibatan media baik secara digital maupun konvensional. Orang-orang dari komunitas yang memiliki kemampuan atau jejaring media akan sangat membantu mengedukasi masyarakat, menarik perhatian aparat penegak hukum maupun komunitas orang percaya lainnya yang lebih luas.
Tentu saja ada banyak lagi dukungan yang dapat diberikan oleh komunitas orang percaya, disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Namun satu hal yang paling penting adalah apakah orang-orang percaya bisa memandang orang percaya lainnya yang sedang dianiaya sungguh-sungguh sebagai bagian Tubuh Kristus, memiliki kasih dan keberanian untuk bertindak secara nyata mendukung mereka. Jika benar demikian, maka dunia akan melihat bahwa orang-orang percaya betul-betul saling mengasihi satu sama lain dan bukan sekadar berusaha menyelamatkan diri masing-masing (Yoh. 13:35). Tuhan kiranya memberi kekuatan kepada kita sekalian. **TDK