Arsip tema sepekan

Bagikan artikel ini :

Overhauled by God’s Grace (Dirombak oleh Kasih Karunia Allah)

Yeh. 36:25-30

EKSPRESI PRIBADI

Salah satu karakteristik paling kentara di zaman modern ini adalah banyaknya tekanan. Tekanan pekerjaan, tekanan relasi, tekanan finansial, semua itu adalah tekanan-tekanan yang membuat banyak orang jatuh ke dalam depresi dan kecemasan. Tetapi dari semua tekanan yang ada, tidak ada tekanan yang lebih mengerikan dan lebih merusak daripada tekanan sosial. Kini, tak hanya manusia harus selalu tampil baik di hadapan orang sekitarnya, tetapi ia pun harus tampil baik di dunia maya. Social media membuka dunia baru yang sayangnya bukannya mendekatkan kita dengan berbagai orang, tetapi malah membuat kita merasa perlu selalu tampil sempurna, bahkan di hadapan orang asing di belahan dunia antah berantah sana.

Mengapa ada tekanan seperti ini? Karena di tempat kerja, di dunia social media, di sekolah atau kampus, di dalam rumah sekalipun, bahkan mungkin di gereja dan kelompok CG kita sekalipun, kita takut akan penghakiman orang lain. Kita ingin selalu dinilai sebagai orang yang baik, sabar, bijaksana, rajin, dan karakter-karakter positif lainnya. Itulah sebabnya mengapa manusia di masa modern ini makin lama makin mudah meninggalkan Tuhan. Jangankan memikirkan penghakiman Tuhan di dunia akhirat nanti, penghakiman manusia di dunia ini sudah membuat kita seolah hidup di neraka.

EKSPLORASI FIRMAN

Inti dari seluruh isi Alkitab adalah tentang Allah yang begitu mengasihi kita dan tidak akan membiarkan kita di bawah penghakiman dosa-dosa. Pesan anugerah ini seharusnya membuat kita hidup dalam rasa aman dan sukacita sejati, bukan? Sayangnya, kita tetap hidup dalam tekanan akan penghakiman, bukan dari Tuhan melainkan dari orang lain, seolah-olah penghakiman manusia dapat mengesampingkan anugerah Tuhan.

Melalui bagian yang kita baca hari ini, kita akan melihat bagaimana Tuhan mengingatkan kembali anugerah-Nya kepada setiap kita.

  1. Allah yang Membersihkan Total (ay. 25)

Memang harus diakui, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Semua orang punya dosa, semua orang punya kekurangan. Sebenarnya, wajar saja jika kita mendapatkan penghakiman sosial karena kesalahan-kesalahan tersebut. Misalkan kita marah kepada anak, dan dalam kemarahan tersebut kita memakinya. Adalah sangat wajar jika pasangan, anak, dan keluarga besar kita menghakimi dan menegur kita atas kemaraha yang tak terkontrol ini.

Tetapi di atas segalanya, Pribadi yang paling layak untuk menghakimi kita adalah Tuhan sendiri. Bagaimanapun, Ia adalah yang menciptakan mulut kita yang seharusnya dipakai untuk memberkati, dan Ia juga yang mempercayakan sang buah hati kepada kita. Tetapi, alih-alih menghukum, Ia membersihkan kita dari dosa tersebut. Segala dosa yang mengotori kita telah dibasuh sehingga kita tahir di hadapan-Nya.

  1. Allah yang Menghancurkan Ego (ay. 26-27)

Tetapi tidak cukup sampai di sini. Status tahir dari Tuhan hanya akan menjadi anugerah yang murahan dan kita anggap enteng jika Ia tidak menghancurkan kekerasan hati kita. “Tapi, anakku duluan yang tidak nurut!” “Terserah orang lain mau menegur aku, yang penting Tuhan tidak menghukum aku.” Itulah yang akan terjadi kalau hati kita masih dikuasai ego. Jadi, ia perlu menjauhkan hati yang keras itu dan menggantikannya dengan hati yang taat.

Bagaimana caranya? Yakni dengan disiplin Tuhan. Umat Israel yang tegar-tengkuk harus menjalani disiplin Tuhan dalam bentuk pembuangan ke Babel. Dari pengalaman pendisiplinan itulah mereka belajar untuk taat. Hal yang serupa akan Tuhan lakukan kepada kita. Tujannya bukan untuk menghukum kita, tetapi justru untuk menghancurkan hati kita dan mengubahnya agak selalu taat akan kehendak Tuhan.

  1. Allah yang Merestorasi Keadaan (ay. 28-30)

Sesudah dua hal ini, barulah kita akan menyaksikan perubahan dari orang-orang di sekeliling kita. Tuhan bekerja mengubahkan kita sehingga kita menunjukkan penyesalan yang tulus atas kesalahan tersebut, dengan rendah hati minta maaf kepada anak kita, dan belajar untuk mengontrol kemarahan kita. Saat orang-orang di sekeliling kita dapat menyaksikan kehidupan yang menghasilkan buah, relasi pun akan mengalami restorasi. Penghakiman yang diberikan berubah menjadi semangat dan dorongan. Gosip dan gunjingan akan berubah menjadi doa.

Dalam konteks umat Israel, restorasi ini terjadi dalam bentuk kembali ke tanah mereka yang subur sesudah pembuangan. Biarlah tempat kerja, dunia social media, sekolah atau kampus, rumah, dan khususnya gereja maupun kelompok CG kita dapat menjadi seperti tanah yang subur, yang selalu memanen kasih dan anugerah Tuhan.

Demikianlah anugerah Tuhan membanjiri kita dari segala aspek. Poin pertama berbicara tentang status kita di hadapan Tuhan, yakni menjadi pribadi yang ditahirkan dari dosa. Poin kedua berbicara tentang status kita di hadapan diri sendiri, dimana kita tak perlu lagi mencari pembenaran diri untuk ego, melainkan merendahkan diri dan belajar untuk taat. Poin ketiga berbicara tentang status kita di hadapan sesama, sehingga mereka yang dahulu menghakimi kita dapat menyaksikan perubahan hidup yang sejati dan turut mendukung kita dalam perubahan tersebut. Semua ini tidak akan terjadi jika kita tidak mengandalkan anugerah Tuhan dan hanya berubah di kulit luar saja.

APLIKASI KEHIDUPAN

>

Pendalaman

Menurut Anda, apakah Anda lebih sering menunjukkan perubahan karakter yang sejati sesuai dengan anugerah Tuhan, atau sebenarnya perubahan-perubahan yang Anda tunjukkan sekedar perubahan di kulit luar hanya untuk kelihatan sebagai orang yang baik?

Penerapan

Pikirkan satu dosa atau kelemahan karakter yang sering Anda lakukan, yang membuat orang lain menegur bahkan menghakimi Anda. Bagaimana anugerah Tuhan dapat bekerja untuk mengubah hal ini? Apa langkah praktis yang dapat Anda lakukan untuk menunjukkan perubahan yang sejati kepada sesama?

|SALING MENDOAKAN|

Akhiri Care Group dengan saling mendoakan satu dengan yang lain