Bagikan artikel ini :

Know Your Enemy [Kenali Musuhmu]

Kis. 5:1-11

 

EKSPRESI PRIBADI

Seringkali orang Kristen terjatuh pada 2 titik ekstrim perihal peperangan rohani (spiritual warfare). Di satu sisi ada orang Kristen yang terlalu memandang ”enteng” (underestimate) keberadaan si Jahat dalam kehidupannya, padahal jelas-jelas Alkitab mengatakan Si Iblis itu eksis. I Petrus 5:8 menasehati kita untuk ”sadar dan berjaga-jaga! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”. Sebaliknya, di sisi yang lain ada orang kristen yang terlalu bersikap ”ketakutan tiada berdaya” (overestimate) padahal dikatakan sengat si Iblis sudah patahkan dan dikalahkan oleh Kristus melalui karya salib, yaitu melalui kematian dan juga kebangkitanNya. I Korintus 15:54-55 tegas berkata, ”maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai, maut dimanakah kemenanganmu? Hai mau dimanakah sengatmu?”

Untuk mempelajari lebih jauh tentang hal ini, marilah melalui perikop Kis 5:1-11, kita akan belajar dari kisah Ananias dan Safira sehingga kita semakin waspada dan mengenali siapa musuh kita” (know your enemy)

 

EKSPLORASI FIRMAN

  1. Musuh utama kita adalah Iblis (Bapa segala dusta)

Peristiwa tragis yang menimpa Ananisa dan Safira ini terjadi justru di saat kehidupan jemaat baru saja mengalami kebangunan rohani setelah Hari Pentakosta. Hal ini sungguh mengingatkan kita bahwa musuh kita yaitu si Iblis bekerja begitu giatnya di saat dimana Roh Allah juga sedang berkarya di tengah umatNya. Si Iblis berusaha menguasai hati pasangan ini untuk melakukan tindakan kebohongan dan membuat rasul Petrus menegur dengan keras kepada kedua pasangan ini. Pertama teguran ditujukan kepada sang suami, ”Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis sehingga engaku mendustai Roh Kudus?” (ay. 3) dan selanjutnya juga kepada sang isteri, Safira, ”Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan?” (ay. 9).

Alkitab dengan tegas mengingatkan kepada kita bahwa musuh kita si Iblis itu pada hakekatnya adalah bapa segala pendusta. Tujuannya adalah untuk menjadikan manusia juga pendusta. Hal ini tentunya akan menghancurkan dan pada akhirnya akan membunuh hidup manusia. Dikatakan, ”Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yoh 8:44).

Oleh karena itu, marilah kita mengambil sikap untuk senantiasa waspada (be vigilant) terhadap keberadaan si Jahat ini. Kiranya kita tidak jatuh pada titik ekstrim yang terlalu ”underestimate” ataupun terlalu ”overestimate”, namun kiranya kita memiliki sikap hati yang ”terus terhubung” dengan Kristus (stay connected). Ingatlah, apa yang pernah dikatakan oleh Billy Graham, “The Christian life isn’t a playground but a battlefield.” (hidup kekristenan itu bukan taman bermain, tetap sebuah medan pertempuran).

  1. Musuh selanjutnya adalah diri kita sendiri (tergoda untuk berdusta)

Selanjutnya adalah kita juga perlu memahami bahwa diri kita sebagai bagian yang berkontribusi pada kejatuhan juga. Tentu saja, Ananias dan Safira memiliki pilihan untuk mau tergoda atau tidak terhadap godaan si Jahat untuk berkata jujur dalam hal memberikan persembahannya. Namun, dicatat bahwa kejatuhan mereka sebenarnya sudah merupakan bagian dari apa yang mereka sudah rencankan. Itu artinya, mereka memang berniat untuk melakukannya. Hal ini dikatakan oleh Petrus kepada mereka, ”Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu?” (ay. 4b).

Hati manusia memang licik dan menjadi sumber dari segala buah perbuatan yang jahat. Yeremia 17:9-10 berkata, ”betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya." Dan betul kejadiannya adalah Tuhan sendiri yang memberi balasan yang setimpal kepada mereka. Tuhan memutuskan nyawa mereka, ”rebahlah Ananias” (ay. 5) dan ”rebahlah (safira) perempuan itu” (ay. 10)

Pada hakekatnya, peristiwa ini juga menjadi salah satu konfirmasi janji Yesus akan turunnya Roh Kudus di tengah gerejaNya adalah nyata, terbukti dengan tegasnya penghukuman bagi mereka yang melawan Allah. Sebab dituliskan Roh Kudus bukan sekedar kuasa manusia, tapi adalah Pribadi Allah sendiri. Makanya, Petrus menegur keras, ”Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah” (ay. 4b).

Oleh karena itu, marilah kita menjaga kekudusan hati kita untuk senantiasa tulus dan murni dalam hal melayani Tuhan dan mempersembahkan apa yang terbaik kepadaNya. Bukan demi dihormati manusia ataupun dipuji-puji sesama, tetapi semuanya harus demi hormat dan kemuliaan Allah tritunggal saja. Hal ini tentu akan mendatangkan perkenanan Allah, dan bukan sebaliknya hukuman Allah. Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Roh Allah yang telah turun di hari pentakosta itu menunjukkan jati diriNya sebagai Pribadi ketiga Allah tritunggal yang tidak bisa didustai manusia. [CK]

 

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Apakah Anda selama ini terlalu bersikap ”underestimate” atau ”overestimate” perihal peperangan rohani? Sharingkanlah.

Penerapan

Bagaimana cara Anda menjaga hati dan tetap waspada terhadap musuh, baik kepada si Jahat, maupun kepada diri Anda sendiri (hati yang licik)?

 

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.