Bagikan artikel ini :

Perempuan Yang Berharga

Hakim-hakim 1:10-15

Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata.
- Amsal 31:10

Anda mungkin berpikir, Kaleb ini keterlaluan sekali! Masa’ anak perempuannya dijadikan hadiah sayembara begitu? Kalau aku, tidak mungkin memperlakukan anak perempuanku seperti yang Kaleb lakukan! Jika Anda berpikir demikian, Anda salah. Jika membaca dengan baik, kita akan menemukan bahwa Kaleb begitu menghargai anak perempuannya, sampai-sampai ia memberi anaknya sebidang tanah (ay. 15). Tindakan Kaleb menikahkan Akhsa dengan Otniel, tidak boleh dilihat semata-mata Kaleb menjual Akhsa kepada sembarang pria. Sebaliknya, Kaleb sedang mencarikan suami yang kuat dan pemberani untuk anak perempuannya. Tidak hanya itu, kini tanah Debir atau Kiryat-Sefer yang telah direbut Otniel menjadi miliknya. Lebih jauh lagi, ketika Akhsa membujuk Otniel untuk meminta sebidang ladang kepada Kaleb (ay. 14), tidak diceritakan bahwa Otniel-lah yang datang kepada Kaleb. Sebaliknya, Aksha sendiri yang datang kepada ayahnya untuk meminta mata air bagi tanahnya yang gersang! Mengapa demikian? Beberapa penafsir mengatakan bahwa Otniel tahu bahwa Kaleb sangat menyayangi anak perempuannya dan karena itu, Kaleb tidak hanya memberikan satu, tetapi dua mata air kepada Akhsa, yakni mata air di hulu dan di hilir. Jika Otniel yang datang sendiri, mungkin Kaleb hanya akan memberikan satu mata air atau malah menolak permohonannya.

Kisah ini bukannya merendahkan, justru menjunjung tinggi perempuan. Kaleb yang sangat menyayangi Akhsa mewarisi sebidang tanah, sementara Akhsa yang taat kepada ayahnya bersedia untuk dinikahi pria yang pemberani seperti Otniel. Sebagai istri, Akhsa bertindak bijaksana dengan membujuk Otniel meminta mata air untuk tanah mereka yang gersang, bahkan ia sendiri secara proaktif maju menghadap ayahnya untuk mengajukan permohonan tersebut. Sungguh keluarga ideal.

Pola seperti ini ada di sepanjang Alkitab dan mencapai klimaksnya dalam Perjanjian Baru. Tuhan Yesus, berbeda dengan rabi-rabi masa itu, menerima perempuan-perempuan yang rindu untuk mengikuti-Nya. Saksi-saksi pertama kebangkitan Tuhan Yesus juga para perempuan. Inilah yang menjadi keunikan dan daya tarik Kekristenan saat itu. Sayang sekali justru di masa kini, khususnya dalam budaya timur, perempuan lebih tidak dihargai daripada laki-laki. Berkaca dari kisah ini, hendaknya setiap kita tidak menganggap remeh para ibu, istri, anak-anak perempuan, dan saudari-saudari yang Tuhan tempatkan di sekitar kita.


Refleksi Diri:

  • Siapa sajakah perempuan yang berharga dan Anda kasihi dalam hidup Anda?
  • Apakah Anda pernah menunjukkan apresiasi Anda kepada mereka? Bagaimana caranya?