Yang Kudus Tidak Boleh Dinajiskan
Imamat 7:11-21
Dan apabila seseorang kena kepada sesuatu yang najis, yakni kepada kenajisan berasal dari manusia, atau kepada hewan yang najis atau kepada setiap binatang yang merayap yang najis, lalu memakan dari pada daging korban keselamatan yang untuk TUHAN, maka haruslah nyawa orang itu dilenyapkan dari antara bangsanya.”
- Imamat 7:21
Censura morum adalah satu praktik memeriksa diri sebelum menerima perjamuan kudus. Praktik ini merupakan tradisi gereja-gereja Reformed yang bermula dari John Calvin di Jenewa. Censura morum kemudian menyebar ke gereja-gereja Reformed di Belanda dan seterusnya diperkenalkan kepada gereja-gereja Reformed di Indonesia. Orang Kristen melakukan censura morum untuk memeriksa diri dan mengakui dosa-dosa mereka agar tidak mendatangkan hukuman atas diri mereka (1Kor. 11:29).
Korban keselamatan yang telah dibahas di Imamat 3, kembali diulang pada bagian ini untuk menjelaskan bagaimana seharusnya memakan roti dan daging yang telah dipersembahkan. Korban keselamatan dipersembahkan sebagai korban ucapan syukur (ay. 12) maupun korban nazar atau sukarela (ay. 16). Roti yang dipersembahkan ada dua: tidak beragi (ay. 12) dan beragi (ay. 13). Dipersembahkan juga korban binatang yang dagingnya harus dimakan. Penekanan bagian ini adalah kekudusan dari korban. Apa yang kudus adalah dikuduskan bagi Allah (ay. 14). Kekudusan dari korban yang telah dipersembahkan kepada Allah harus dijaga. Daging korban ucapan syukur harus dimakan pada hari ia dipersembahkan (ay. 15). Untuk korban nazar atau sukarela, dagingnya bisa dimakan sampai hari kedua. Apa pun yang tersisa sampai hari ketiga tidak boleh lagi dimakan dan harus dibakar habis (ay. 17). Tidak boleh lagi dimakan karena daging tersebut telah menjadi suatu kejijikan (ay. 18). Demikian juga daging itu jika bersentuhan sesuatu yang najis, maka tidak boleh dimakan (ay. 19). Orang yang telah menyentuh sesuatu yang najis, lalu memakan daging tersebut (ay. 20) maka hukuman akan dijatuhkan kepadanya, yaitu dilenyapkan dari antara bangsanya.
Prinsip yang sama masih berlaku bagi setiap orang percaya saat ini saat menghadap meja perjamuan Tuhan. Tidak ada seorang pun yang suci tentunya. Namun, sungguh bersyukur oleh darah Yesus Kristus kita dapat dengan damai sejahtera menerima roti dan cawan Tuhan, tanpa takut akan menerima hukuman ataupun konsekuensi dosa.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda pernah merasa takut datang menerima roti dan cawan Tuhan yang kudus? Bersyukur karena anugerah-Nya, Anda dapat menerimanya tanpa ketakutan akan dihukum.
- Apakah Anda sudah memeriksa diri dan mengakui dosa-dosa sebelum mengikuti perjamuan kudus Tuhan?