Arsip tema sepekan

Bagikan artikel ini :

Hati-hati terhadap Favoritisme: Cinta Tak Adil Melukai Keluarga (Beware Favoritism: Unfair Love Hurts the Family)

Kejadian 25:27-34; 27:1-46

EKSPRESI PRIBADI

Apakah Anda pernah merasakan luka akibat pilih kasih dalam keluarga? Atau pernahkah Anda sendiri menunjukkan cinta yang tak adil? Banyak keluarga retak karena favoritisme, menimbulkan perpecahan dan luka mendalam. Padahal, keluarga seharusnya menjadi tempat kasih dan keamanan, bukan arena persaingan dan kebencian. Bagaimana kita bisa memahami dan mengatasi favoritisme supaya kasih dalam keluarga tetap sehat dan membangun?

EKSPLORASI FIRMAN

Hidup keluarga Ishak dan Ribka menunjukkan bahwa keluarga pilihan Allah pun tidak luput dari konflik dan dosa. Kisah Esau dan Yakub dalam Kejadian 25:27-34 dan 27:1-46 menampilkan bagaimana favoritisme tidak hanya menyakiti anak-anak, tetapi juga menghancurkan keluarga dalam jangka panjang. Masalah bertambah kompleks saat Esau, yang seharusnya menerima berkat utama, menjual hak kesulungannya kepada Yakub hanya demi bersandar pada sup merah (Kej 25:29-34). Tindakan ini menunjukkan ketidakacuhan Esau pada hak kesulungannya dan meremehkan nilai berkat yang seharusnya menjadi miliknya. Ketegangan memuncak ketika favoritisme berakhir pada penipuan, perpecahan, dan pelarian. Namun, meskipun manusia berdosa, Allah tetap menggenapi rencana-Nya. Kedaulatan Allah tidak pernah gagal, bahkan ketika manusia terjerumus dalam dosa favoritisme.

  1. Favoritisme merusak relasi keluarga

Favoritisme adalah sikap pilih kasih, yaitu memberikan kasih atau perlakuan istimewa kepada satu orang lebih dari yang lain. Sikap ini ibarat racun yang perlahan merusak hubungan keluarga dan menimbulkan perpecahan yang tajam. Ketegangan bermula dari favoritisme: Ishak lebih mengasihi Esau, anak sulung yang gagah dan pemburu ulung, sebab “Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan” (Kej 25:28). Sebaliknya, Ribka mengasihi Yakub, yang digambarkan sebagai sosok yang tenang dan suka tinggal di kemah (Kej 25:27-28).  Ketika Ishak yang sudah tua dan hampir buta hendak memberkati Esau sebagai anak sulung, Ribka menyusun rencana menipu Ishak agar berkat itu diberikan kepada Yakub. Jadilah Yakub pun menyamar sebagai Esau, mengenakan pakaian saudaranya, meniru suaranya, dan berbohong kepada ayahnya (Kej 27:1-46). Penipuan ini menjadi puncak konflik yang lahir dari favoritisme, yang menyebabkan keretakan dan kehancuran dalam keluarga yang seharusnya bersatu.

  1. Cinta tak adil meninggalkan luka mendalam

Setelah penipuan terbongkar, Esau sangat marah dan kecewa. Ia menangis dan memohon agar tetap diberkati, tetapi berkat sudah diberikan kepada Yakub. Esau bertanya, "...Apakah bapa tidak mempunyai berkat lain bagiku?” (Kej 27:36). Rasa sakit dan amarah membuatnya berencana membunuh Yakub, sehingga Yakub harus melarikan diri jauh dari keluarga (Kej 27:41). Keluarga yang dulu bersatu menjadi terpecah karena cinta yang tak adil. Luka akibat favoritisme tidak hanya dirasakan generasi itu, tetapi bisa diwariskan ke generasi berikutnya, menciptakan siklus hubungan rusak, rasa tidak aman, dan dendam tersembunyi. Ironisnya Yakub sendiri kemudian jatuh dalam favoritisme terhadap anaknya, Yusuf, yang menjadi kesayangan karena ia lahir dari istri kesayangannya dan diperlakukan lebih istimewa (Kej 37:3-4). Sikap ini kembali menimbulkan kecemburuan dan konflik antar saudara, memperlihatkan betapa cinta yang tak adil dapat terus berulang dalam keluarga.

  1. Belajar mengandalkan kedaulatan Allah bukan kekuatan sendiri

Kedaulatan Allah bukanlah alasan untuk membenarkan dosa, melainkan penghiburan bahwa dosa manusia tidak dapat menggagalkan rencana-Nya. Meskipun manusia salah jalan, Allah tetap mengatur arah dan mencapai tujuan-Nya yang sempurna. Keluarga bisa mengalami luka akibat favoritisme, ketidakadilan, atau konflik. Kita mungkin merasa seperti Yakub yang harus berjuang untuk diakui, atau Esau yang merasa ditolak. Namun kisah ini mengingatkan kita bahwa Allah tetap bekerja melalui keluarga yang berantakan. Yakub, yang dulu penipu, akhirnya diubah menjadi Israel, sebuah nama yang berarti“sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang” (Kej 32:28). Ia menjadi bapa bangsa pilihan dan dari keturunannya lahir Mesias. Esau dan Yakub pun akhirnya berbaikan saat Yakub kembali ke tanah kelahirannya, dan mereka saling mengampuni (Kej 33). Pertemuan ini membuktikan bahwa meskipun favoritisme dan konflik melukai keluarga, pengampunan dan rekonsiliasi tetap memungkinkan, membawa harapan bagi keluarga yang terluka, semua berkat anugerah Allah.

Kisah keluarga yang jauh dari sempurna ini bukan hanya peringatan tentang bahayanya favoritisme, tetapi juga panggilan untuk mencerminkan sifat kasih Allah dalam hubungan kita. Allah tidak menunjukkan pilih kasih. Nyata kasih-Nya adil, sempurna, dan tanpa syarat (Rm 2:11). Rasul Paulus menulis dalam Roma 9:11-13, “Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, supaya rencana Allah tentang pemilihan diteguhkan... seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’” Firman ini menunjukkan bahwa kasih Allah bukan berdasarkan usaha manusia, melainkan anugerah dan kehendak-Nya. Anugerah Allah menjadi harapan bagi keluarga yang terluka akibat favoritisme. Marilah kita membangun keluarga penuh kasih, adil, dan dipenuhi anugerah Allah. Dalam keluarga kita, jangan ada favoritisme, tetapi mohon kasih sejati yang mencerminkan kasih Kristus.     (YM)

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Bagaimana tindakan favoritisme dapat menghancurkan hubungan dalam keluarga?

Penerapan

Jika Anda pernah menjadi korban atau pelaku favoritisme yang melukai hubungan keluarga, seperti Esau dan Yakub, komitmen apa yang akan Anda ambil untuk memulai proses pengampunan atau rekonsiliasi? Bagaimana Anda bisa menunjukkan anugerah Allah melalui tindakan nyata kepada anggota keluarga yang pernah terluka?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.