Arsip tema sepekan

Bagikan artikel ini :

The Coming King: Watch And Be Ready (Kedatangan Sang Raja: Berjaga-jaga dan Bersiaplah)

Matius 24:36-44

EKSPRESI PRIBADI

Isu mengenai prediksi waktu kedatangan Kristus yang kedua kali selalu menarik perhatian banyak kalangan. Boleh dikata, ada semacam prophecy-chasing syndrome yang menjerat, yaitu kebiasaan mengejar-ngejar prediksi kapan Yesus akan datang, atau kepo rohani yang berlebihan. Walau berulang kali gagal, upaya memprediksi tidak pernah mati dan kapok dari waktu ke waktu. Ironisnya, malah selalu dinantikan dan memiliki daya tarik yang tinggi. Sebut saja Charles Taze Russell, pendiri dari Saksi-Saksi Yehuwa, memprediksi bahwa Yesus akan datang kembali tahun 1914 secara tidak kasat mata. Setelah gagal lalu muncul edisi revisinya ke tahun 1915, 1918 dan tahun 1925. Demikian tidak kalah heboh, spekulasi dari Harold Camping yang memprediksi bahwa Yesus akan datang tanggal 21 Mei 2011 pukul 6 petang. Setelah gagal, diganti menjadi 21 Oktober 2011 dimana dengan penuh rasa optimis dalam sebuah wawancara di New York Magazine, ia berkata, "Ini pasti terjadi, Tuhan tidak sedang bermain. Dan saya yakin kiamat akan terjadi,” Akhirnya, ia meminta maaf secara publik atas kekeliruannya. Terbaru, Joshua Mhlakela mengatakan bahwa kedatangan Kristus akan terjadi pada 23-24 September 2025 atau 7-8 Oktober 2025 setelah dikoreksi. Tetapi pada kenyataannya, semua prediksi dengan segala perhitungannya yang jelimet dan bernuansa spekulatif itu meleset. Semua upaya ini secara fundamental mengabaikan deklarasi tegas Kristus sendiri dalam Matius 24:36, '...tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri

Mengapa prophecy-chasing syndrome ini dianggap berbahaya? Sikap rohani apa yang lebih penting daripada mengetahui kapan Dia datang, sesuai pesan Matius 24:36-44? Bagikan dalam CG Anda!

EKSPLORASI FIRMAN

Kedatangan Kristus kedua kali selalu menjadi misteri bagi siapapun. Seperti yang ditegaskan oleh Yesus sendiri dalam kotbah-Nya di Bukit Zaitun, tepatnya setelah Ia memberi tahu secara panjang lebar mengenai tanda-tanda yang menandai kedatangan-Nya (tanda-tanda akhir zaman, ay.3-3), “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri” (ay. 36). Hal ini dipertegas ulang dengan pendekatan ilustratif di ayat selanjutnya, digambarkan seperti orang-orang di zaman Nuh, yang tidak pernah tahu mengenai kedatangan air bah penghakiman yang membinasakan mereka (ay. 39). Dan ditekankan di ayat 42, sebab “kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” (ay. 42). Seperti halnya pencuri, yang tidak akan pernah diketahui oleh si pemilik rumah, kapan ia akan datang melakukan aksinya yang itu pun dilakukan secara tersembunyi. Disini, Yesus menegaskan sebuah kemutlakan, bahwa hari dan saat kedatangan-Nya, tidak diketahui oleh siapapun, termasuk oleh Diri-Nya sendiri yang dalam kemanusiaan-Nya mengatakan bahwa Ia tidak tahu, kecuali Bapa, sang Perencana agenda kedatangan-Nya, yang tahu.

Secara tidak langsung, Yesus memberikan peringatan agar para murid tidak berfokus pada area misteri ilahi, yang selalu berada di luar kendali dan kemampuan untuk mengetahuinya. Segala prediksi yang bersifat spekualatif soal kedatangan-Nya adalah kesia-siaan. Dalam hal ini, Yesus ingin agar para murid berfokus pada apa yang ada dalam kendalinya, yaitu bagaimana hidup di tengah misteri kedatangan-Nya, yaitu dengan berjaga-jaga, “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” (ay. 42). Logikanya, jika seorang pencuri memberi tahu kapan ia datang, maka si tuan rumah pasti akan berjaga-jaga untuk menghadapinya agar rumahnya tidak dirampok habis olehnya. Terlebih jika kedatangannya tidak terduga, pastinya ia akan lebih bersikap waspada, berjaga-jaga dan siap sedia, kapanpun si pencuri itu datang. Itulah sikap yang paling rasional dan dewasa dalam menyikapi misteri kedatangan Kristus. Bukan dengan berspekulasi tetapi dengan aksi nyata berjaga-jaga dalam menyambut kedatangan-Nya yang mendadak dan mengejutkan (sewaktu-waktu) itu. Berjaga-jaga seharusnya menjadi gaya hidup murid Kristus.

Bersikap aktif membangun kehidupan yang terbaik

Berjaga-jaga disini sebagaimana arti dari kata aslinya, gregoreo (tetap terjaga, tetap terbangun, siaga dan bekerja) tidak merujuk pada sikap pasif dan malas tidak melakukan apapun dengan hidupnya dengan dalih “lihat nanti.” Sehingga hidup mengalir begitu saja dengan sembarangan di dalam segala rutinitas dan kenikmatannya. Seperti kenyataan yang ditunjukkan oleh orang-orang yang musnah dalam peristiwa air bah. Mereka menolak seruan dan menaati dari Nuh karena terhalangi dan dibutakan oleh kenikmatan hidup—makan, minum, kawin dan mengawinkan. Sehingga mereka kehilangan yang terbaik dengan hidupnya. Justru hidup berjaga-jaga adalah sebaliknya. Bertindak aktif dengan membangun kehidupan yang terbaik dan memuliakan Allah. Sebab kita sedang menantikan kedatangan bukan sembarangan orang. Dia adalah Tuhan, pencipta dan penguasa alam semesta (ay. 42). Dia adalah Raja di atas segala Raja. Tentu saja, hidup yang terbaik yang ingin Dia lihat dari diri kita. Hal ini selaras dengan beberapa perumpamaan yang Yesus ajarkan, seperti hamba yang berjaga dengan mengembangkan talenta yang dipercayakan tuannya kepadanya dalam Matius 25:14-30. Seperti gadis bijaksana yang berjaga dengan mempersiapkan minyak ekstra dalam Matius 25:1-13. Atau seperti hamba yang berjaga dengan rajin bekerja saat tuannya belum pulang dalam Matius 24:45-51. Inilah gambaran hidup berjaga, yaitu hidup secara aktif, intensional, sadar dan bertujuan- membangun kehidupan terbaik yang memuliakan Kristus.

Sadar dan Peka secara rohani

Hidup berjaga-jaga artinya sadar dan melek secara rohani. Tidak seperti mereka yang dilenyapkan oleh air bah, terlena dan hanyut dengan rutinitas kehidupan sehari-hari dengan segala kesibukannya, sehingga hidup tanpa kesadaran rohani. Mereka memandang hidup berjalan biasa dan mengutamakan yang biasa berjalan tersebut. Justru itulah yang membuat mereka kehilangan fokus pada perkara yang paling penting yaitu perkara kekal. Sebagaimana peringatan yang diungkapkan oleh John Calvin, “Siapapun yang hidup tanpa pengendalian diri, dan pikirannya di penuhi oleh makan-minum serta kenikmatan duniawi, tidak akan pernah mengangkat hatinya untuk memikirkan hal-hal surgawi. Karena setiap keinginan daging bisa membuat manusia mabuk dan tumpul rohani, maka orang percaya harus mengawasi dirinya dan tidak tenggelam dalam hal-hal duniawi, jika mereka sungguh ingin berlari menuju Kerajaan Kristus.” Inilah alasan mengapa Yesus tidak memberi tahu kedatangan-Nya, agar kita hidup berjaga-jaga, sehingga kita tidak terbuai oleh dunia dan apapun dalam pengalaman hidup sehari-hari yang dapat mengaburkan fokus rohani kita atau menjauhkan kita dari Tuhan. Oleh sebab itu, setiap saat kita harus berjaga-jaga dengan antusias membangun kerohanian dengan serius. Sebab orang yang menantikan Kristus tidak akan pernah berjalan santai, tetapi hidup dengan urgensi kudus (holy urgency), hidup sejalan dengan kehendak Allah dan kebenaran-Nya setiap hari; memperdalam relasi dengan Allah, hidup dalam pertimbangan rohani, bertanya setiap hari, “apa yang Tuhan aku mau lakukan hari ini?” Inilah cara mengutamakan hal kekal di tengah runtinitas hidup.

Jangan lengah dan hidup berjalan seperti biasa seolah tidak akan terjadi apa-apa. Tetapi hiduplah dengan sense of divine timing, yaitu hidup dengan kesadaran bahwa suatu saat Tuhan akan datang kembali. Karena itu, kita tidak akan membiarkan hidup mengalir begitu saja tanpa arah (autopilot), melainkan hidup dengan cara tidak biasa, menggunakan waktu yang singkat sebaik mungkin bagi kemuliaan Allah. Dengan hidup berjaga-jaga, kita sedang menunjukkan iman kita bahwa Kristus pasti datang dan kita merindukan kedatangan-Nya. Argumentasi kita untuk hidup sebagai penjaga, tidak lagi didasarkan pada alasan kita tidak tahu kapan Ia datang, melainkan pada alasan karena kita tahu Kristus pasti datang. Di masa minggu advent ini, mari kita memastikan bahwa hidup berjaga-jaga menjadi gaya hidup kita siap menyambut kedatangan Kristus. (DA)

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Jelaskan bagaimana ketidaktahuan Anda akan 'hari dan saat' kedatangan Kristus (Mat. 24:36) justru menjadi motor penggerak utama untuk hidup 'berjaga-jaga' ( gregoreo ) secara aktif (bukan pasif)?

Penerapan

Mengingat 'berjaga-jaga' berarti aktif membangun kehidupan terbaik di bidang apapun (misalnya: pekerjaan, hubungan keluarga, penggunaan uang/waktu, atau pertumbuhan rohani) Anda perlu menerapkan urgensi kudus minggu ini! Apa langkah konkrit yang akan Anda lakukan sebagai bentuk nyatanya?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.