Arsip tema sepekan

Bagikan artikel ini :

Getting Deeper With The Next Generation (Lebih Mendalam Bersama Generasi Selanjutnya)

Mazmur 78:1–8

EKSPRESI PRIBADI

Di dunia ini, tidak pernah ada orang yang otomatis menjadi orang percaya karena berasal dari keluarga orang percaya. Ini adalah fakta sederhana yang seringkali tanpa sadar diabaikan oleh banyak keluarga Kristen. Kara E. Powell dan Chap Clark, penulis dari “Sticky Faith”, menyebutkan bahwa di Amerika sekitar 40–50% remaja gagal mempertahankan imannya setelah masuk ke dunia perkuliahan. Anak-anak itu kebanyakan justru adalah anak-anak yang berasal dari keluarga Kristen dan terlihat “baik-baik saja” selama di Sekolah Minggu. Bukan sebuah kemustahilan kenyataan yang sama dapat dihadapi oleh keluarga-keluarga Kristen di Indonesia. Fakta ini seharusnya menimbulkan pertanyaan: Berapa banyak generasi muda (the next generation) yang hari ini ada di gereja dan akan tetap setia menjadi murid Kristus sampai ia dewasa?

Isu mengenai iman generasi muda bukanlah permasalahan baru yang timbul di dunia hari ini. Di dalam sejarah bangsa Israel, yang menjadi penyebab utama kejatuhan bangsa Israel adalah angkatan yang tidak lagi mengingat perjanjian dengan Tuhan dan menolak untuk setia kepada Tuhan. Itu sebabnya umat Tuhan bukan hanya diperintahkan untuk mengingat perjanjian antara mereka dengan Tuhan, tetapi mereka juga harus mengajarkan perjanjian itu kepada seluruh keturunan mereka (Ul. 6:6–7). Hal yang serupa ditekankan pula kepada gereja di dalam Perjanjian Baru. Tuhan Yesus pernah memperingatkan dengan keras untuk tidak main-main dalam mendidik dan mengajarkan generasi muda (Mrk. 9:42; Mat. 18:6–7; Luk. 17:1–2). Tentu kerinduan umat Tuhan sama seperti nyanyian pengajaran Asaf dalam Mazmur 78:7–8, yaitu: “supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya; dan jangan seperti nenek moyang mereka, angkatan pendurhaka dan pemberontak, angkatan yang tidak tetap hatinya dan tidak setia jiwanya kepada Allah.”

EKSPLORASI FIRMAN

Nyanyian pengajaran Asaf di dalam Mazmur 78:1–8 menjadi sebuah pujian yang mengingatkan umat Allah betapa pentingnya mengajarkan perjanjian Allah yang menjadi dasar iman dan pengenalan akan Allah bagi generasi berikutnya. Derek Kidner dalam Tyndale Old Testament Commentary menjelaskan perjanjian Allah di dalam nyanyian ini dibagi menjadi dua hal penting yang harus diteruskan dan diajarkan kepada generasi berikutnya, yaitu kesaksian tentang perbuatan Allah yang ajaib dan hukum/ketetapan Allah (testimony and law). Dua hal ini yang seharusnya menjadi bagian dari iman yang diteruskan kepada generasi berikutnya.

Pertama, perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib. Ayat 3 dan 4 menyatakan demikian: “Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami, kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian, puji-pujian kepada Tuhan dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya.” Yang ditekankan oleh nyanyian ini untuk diceritakan (diajarkan) kepada angkatan yang kemudian bukanlah kisah sukses nenek moyang mereka atau sejarah kerajaan Israel di masa kejayaannya, tetapi segala perbuatan Allah yang ajaib dan yang dinyatakan Allah kepada umat-Nya.

Perbuatan-perbuatan yang ajaib dinyatakan Allah kepada umat-Nya dengan tujuan menyatakan karakter dan identitas-Nya kepada umat-Nya. Pada waktu Allah, melalui Musa, mendatangkan kesepuluh tulah bagi bangsa Mesir, Allah sedang menunjukkan kemahakuasaan-Nya mengatasi segala dewa yang disembah oleh orang Mesir. Pada waktu Allah, melalui nabi Natan, menegur Daud ketika ia jatuh ke dalam dosa, Allah menunjukkan kemahatahuan-Nya sehingga tidak ada satupun yang dapat disembunyi dari hadapan-Nya. Pada waktu Allah, melalui Ester dan Mordekhai, menyelamatkan bangsa Israel dari rancangan jahat Haman, Allah menunjukkan kehadiran-Nya bersama dengan umat-Nya sekalipun mereka ada di dalam pembuangan.

Segala perbuatan Allah yang ajaib juga merujuk kepada pribadi Yesus Kristus sebagai puncak dari segala karya Allah di dalam sejarah manusia. Allah yang Maha Kuasa. Maha Tahu, dan Maha Hadir itu mati di atas kayu salib untuk menggenapi janji keselamatan-Nya bagi manusia yang berdosa dan tidak layak diselamatkan. Kedatangan Kristus ke dalam dunia merupakan perbuatan ajaib Allah yang paling agung dan penting sehingga harus diajarkan dan diteruskan dari generasi ke generasi. Itulah yang gereja di segala abad dan tempat terus lakukan sampai hari ini. Pertanyaannya, apakah orang Kristen sebagai bagian dari gereja Tuhan sudah atau masih melakukannya hari ini?

Kedua, hukum atau ketetapan Allah. Ayat 5–7 menyatakan demikian: “Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka, supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka, supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya;” Yang ditekankan oleh nyanyian ini untuk diceritakan (diajarkan) kepada angkatan yang kemudian adalah perintah, peringatan, dan larangan yang menyatakan bagaimana seharusnya umat Allah hidup sebagai umat-Nya Allah. Taurat yang dimaksudkan bukan hanya bicara tentang kesepuluh hukum Allah yang diberikan Tuhan melalui dua loh batu di gunung Sinai, tetapi dipahami sebagai seluruh hukum yang Allah nyatakan kepada umat-Nya.

Ketetapan Allah tidak hanya sekedar membicarakan yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh umat Allah. Ketetapan Allah harus dipahami sebagai kehendak dan tujuan Allah yang dinyatakan Allah kepada umat-Nya. Allah berulangkali menyatakan bahwa bangsa Israel harus hidup kudus sebab Allah adalah Allah yang kudus dan Allah yang kudus tidak dapat tinggal tetap dengan umat yang tidak kudus. Perintah hidup kudus ujungnya bukan hanya bicara tentang bangsa Israel harus menjauhi segala yang najis, tetapi ujungnya bicara tentang Allah yang kudus berdiam di tengah-tengah umat yang kudus. Ketetapan mengenai persembahan korban, hari raya, imam, dan bait Allah pada ujungnya mengarah kepada penggenapan janji Allah melalui Yesus Kristus, Sang Domba Allah, Sang Imam Besar, dan Sang Raja di atas segala raja. Demikian pula, gereja melakukan ketetapan-ketetapan Allah dengan memandang kepada Yesus Kristus sehingga taat kepada Allah keluar dari hati yang baru dan yang menghasilkan buah-buah roh yang menyenangkan hati Tuhan.

Kedua hal ini tidak bisa diajarkan dalam semalam, lalu menghasilkan generasi yang militan dalam iman seumur hidup. Kedua hal ini harus diajarkan terus-menerus, berulang kali, dalam setiap kesempatan, hingga generasi ini benar-benar siap untuk meneruskan imannya kepada generasi berikutnya. Sementara itu, di sisi lain, teknologi informasi dengan mudah memenuhi pikiran generasi muda dengan “perbuatan” dan “ketetapan” dunia yang telah jatuh dalam dosa, melalui media sosial, tontonan, dan tren-tren yang menyesatkan. Tanpa disadari, setiap keluarga Kristen sesungguhnya sedang berpacu dengan waktu. Karena itu, keluarga Kristen, mari kita bergerak bersama! Ajarkan iman, wariskan kasih Tuhan, dan teruslah berdoa agar generasi ini menjadi generasi yang mencintai Tuhan, bukan hanya hari ini, tetapi sepanjang hidup mereka.  (PC)

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Bagaimana pemahaman bahwa “iman tidak dapat diwariskan secara otomatis” memengaruhi cara kita melihat pelayanan kepada generasi berikutnya, baik sebagai orang tua, kakak, guru sekolah minggu, ataupun mentor bagi remaja?

Penerapan

Apa tantangan terbesar dalam mengajarkan iman kepada anak-anak atau anggota keluarga yang lebih muda? Bagaimana keluarga Kristen dan komunitas gereja bisa menciptakan suasana yang menolong setiap anggota keluarga Kristen untuk mengenal perbuatan dan ketetapan Tuhan dengan sukacita, bukan keterpaksaan?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.