Tidak Ada Uang Abang Kutendang
Hakim-hakim 9:22-49
Orang benar tidak terombang-ambing untuk selama-lamanya, tetapi orang fasik tidak akan mendiami negeri.
- Amsal 10:30
Sebuah petuah jenaka berbunyi: ada uang abang kusayang, tidak ada uang abang kutendang. Demikianlah kenyataannya hidup dalam masyarakat. Hati orang dengan mudahnya berubah, dikendalikan oleh untung rugi. Selama menguntungkan, kita akan berteman dengannya. Jika tidak, lebih baik kita tinggalkan saja dan cari yang lebih baik. Demikianlah orang-orang Sikhem, saat memilih Abimelekh menjadi raja mereka. Mereka bahkan membantu Abimelekh membantai tujuh puluh anak Gideon, orang yang telah berjasa mengalahkan orang Midian, musuh mereka. Tak hanya itu, mereka bahkan tidak mengindahkan peringatan Yotam, anak bungsu Gideon, akan kebengisan Abimelekh dan apa yang akan menimpa mereka jika tetap menobatkan Abimelekh sebagai raja. Mereka begitu menjunjung dan membela Abimelekh.
Tiga tahun berselang, kini orang-orang Sikhem berbalik melawan Abimelekh bahkan bergabung bersama Gaal untuk memeranginya. Memang, Abimelekh sendiri bukanlah seorang pemimpin yang baik dan tidak heran orang-orang Sikhem sampai melawannya. Namun, melalui kisah ini kita melihat nasib yang menimpa orang-orang yang tidak punya pendirian, yang begitu mudahnya diombang-ambingkan dan berkhianat ketika ada pilihan lain. Abimelekh merobohkan kota mereka (ay. 45) dan membunuh seribu orang dari mereka (ay. 49). Inilah yang Salomo maksudkan dengan “orang fasik tidak akan mendiami negeri” di ayat emas.
Apakah hal ini terjadi semata-mata karena kebengisan Abimelekh? Tidak juga. Kerumunan orang Yerusalem yang menyerukan, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” terhadap Tuhan Yesus adalah orang yang seminggu sebelumnya menyerukan, “Hosana!” Demikianlah manusia, mudah sekali terombang-ambing dan tidak memiliki kesetiaan. Sejarah mencatat bahwa empat puluh tahun setelah penyaliban Yesus, Yerusalem dikepung dan dihabisi sama sekali oleh pasukan Roma di bawah pimpinan Jenderal Titus.
Di zaman serba individualis dan pragmatis ini, loyalitas adalah harga yang sangat mahal. Tokoh atau partai politik tertentu mengkhianati ideologi yang dianutnya dan berkoalisi dengan partai yang berseberangan. Perselingkuhan dan perceraian begitu tinggi di masa kini karena orang dengan begitu mudahnya meninggalkan pasangannya. Bahkan, orang Kristen dengan mudahnya gonta-ganti gereja dan meninggalkan pelayanan hanya karena perhitungan untung-rugi.
Sebagai orang Kristen, apakah kita pun hidup dengan standar untung-rugi seperti dunia? Jika demikian, apa bedanya kita dengan mereka?
Refleksi Diri:
- Apakah Anda tipe orang yang gampang terombang-ambing dan tidak memiliki loyalitas?
- Apa pertimbangan atau alasan yang membuat Anda mudah untuk melepaskan loyalitas? Apakah alasan tersebut dapat diterima?