Bagikan artikel ini :

"Imam Karbitan"

Hakim-hakim 18:11-21

sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.
- Yohanes 10:12

Beberapa waktu yang lalu, saya belajar istilah baru di dunia Youtube, yakni “teolog-teolog karbitan”. Istilah ini populer karena fenomena menjamurnya teolog-teolog dan apologet-apologet Kristen di Youtube. Mereka sering membuat kegaduhan, misalnya dengan mengajarkan hal-hal sesat atau sebaliknya dengan menyesat-nyesatkan orang lain. Namun, mereka hanya menjaring popularitas menggunakan agama sehingga tak heran mereka datang lalu pergi ketika popularitas meredup.

Di bagian ini, kita bertemu dengan sosok “imam karbitan”. Pertama, siapakah orang ini? Kita akan mengetahui identitas lengkapnya di ayat-ayat berikutnya. Untuk saat ini, cukup diingat bahwa ia hanya orang Lewi, tetapi bukan keturunan Harun. Padahal, hanya keturunan Harun-lah yang boleh menjadi imam. Kedua, lihat tindakannya yang sangat mata duitan. Orang-orang Dan hendak mencuri patungm efod dan terafim Mikha (ay. 17). Orang Lewi ini berusaha menghentikan mereka (ay. 18). Namun, begitu mereka menawarinya untuk menjadi imam mereka (ay. 19), tidak hanya orang Lewi itu meninggalkan Mikha, tetapi juga turut membantu mereka mencuri barang-barang Mikha (ay. 20). Apa yang membuat orang Lewi tersebut menjadi tidak setia? Tidak lain dan tidak bukan adalah iming-iming popularitas (ay. 19)!

Itulah “imam karbitan”, para rohaniawan yang begitu cepat muncul, tetapi begitu cepat pula pergi. Kalau tidak mendapatkan apa yang mereka ingini atau ditawari sesuatu yang lebih baik, mereka akan cepat beralih ke hal-hal lain. Mereka tidak memiliki kesetiaan dan tanggung jawab sama sekali. Tuhan Yesus menyebut mereka sebagai “gembala upahan” yang dengan cepat akan meninggalkan domba-domba mereka.

Bagaimana kita harus menyikapi fenomena tersebut? Pertama, perlu diingat bahwa orang-orang seperti ini banyak, khususnya di dunia media sosial. Kedua, survei membuktikan bahwa selain politisi dan ahli hukum, rohaniawan adalah salah satu profesi yang paling banyak diminati orang-orang narsistik, yakni mereka yang suka menjadi pusat perhatian. Sejak zaman Hakim-hakim sampai zaman Tuhan Yesus hingga sekarang, fenomena ini tidak berubah.

Tidak masalah mengikuti dan mendengarkan “teolog-teolog karbitan” di Youtube. Namun ingat, jangan menjadi kecewa ketika mereka pergi begitu saja.


Refleksi Diri:

  • Apakah Anda pernah mengidolakan teolog atau rohaniawan tertentu di Youtube maupun media sosial lainnya? Mengapa Anda mengidolakan mereka?
  • Apakah ada teolog atau rohaniawan media sosial yang tiba-tiba saja hilang yang Anda ketahui? Menurut Anda, mengapa mereka meninggalkan pelayanannya begitu saja?