Girlboss
Hakim-hakim 4:11-16
Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar.
- Amsal 21:9
Pernahkah Anda mendengar istilah “girlboss”? Girlboss, secara harafiah berarti gadis dan bos, sebutan yang diberikan untuk para wanita dominan, berkharisma, penuh percaya diri, dan sukses khususnya dalam berkiprah di bidang-bidang yang cenderung maskulin. Namun, sisi jelek dari girlboss, baik dalam tokoh-tokoh fiksi maupun manusia nyata, adalah mereka arogan, suka menyaingi, bertengkar, bahkan mempermalukan pria di tempat kerja mereka dan menikmati ketika para pria tersebut akhirnya menjadi takut.
Girlboss. Itulah mungkin cara Anda memandang Debora. Bagaimanapun, ia lebih berani daripada Barak. Mungkin sekali Debora akan mempermalukan seorang pemimpin militer, bukan? Mempertontonkan kepengecutan Barak dan menjatuhkannya demi mengangkat diri sendiri, itulah yang akan dilakukan Debora semisal dirinya seorang girlboss.
Namun, bukan itu yang kita temukan di bagian ini. Alih-alih merebut lampu sorot dari Barak dan menarik perhatian untuk dirinya sendiri, Debora menghampiri Barak yang ketakutan melihat Sisera dengan sembilan ratus kereta besinya, dan menyemangati serta menguatkan imannya bahwa Tuhan telah maju di depannya (ay. 14). Perkataan itulah yang memberi keberanian kepada Barak sehingga ia memerangi dan sukses menewaskan seluruh tentara Sisera. Barak-lah yang lebih dominan dalam perang tersebut, bukan Debora. Mungkin itulah alasan nama Barak-lah yang dicatat sebagai pahlawan iman (Ibr. 11:32).
Bayangkan jika Debora adalah seperti girlboss pada umumnya, yang ingin dirinya tampil di depan dan mengalahkan laki-laki di sekelilingnya. Bukannya memerangi Sisera, bisa-bisa ini menjadi perang antara Barak dan Debora.
Debora bukan hanya pemimpin kompeten, tetapi juga seorang wanita terpuji. Ini sangat berbeda dengan budaya emansipasi kelewatan di zaman ini, dimana para wanita berjuang untuk menjadi girlboss dengan memerangi dan merendahkan pria. Sungguh sulit bekerja sama, apalagi tinggal serumah dengan wanita-wanita demikian. Poinnya bukanlah bahwa wanita lebih rendah derajatnya atau kurang kompeten dibandingkan pria, melainkan bahwa seorang wanita yang bijak adalah yang seperti Debora. Kompeten, tetapi tidak membiarkan kelebihan-kelebihannya itu menjadikannya arogan dan merendahkan Barak.
Berkharisma? Boleh. Dominan? Boleh. Kompeten? Boleh. Tapi, jangan sampai hal-hal ini menjadikan kita seorang girlboss. Bos kita adalah Tuhan, bukan ego kita sendiri.
Refleksi Diri:
- Sebagai wanita, apakah tindakan Anda lebih mencerminkan girlboss yang arogan atau lebih mencerminkan wanita bijak dan rendah hati seperti Debora?
- Sebagai pria, apakah Anda pernah atau sedang berhubungan dengan seorang girlboss? Bagaimana cara Anda menghadapinya?