Bagikan artikel ini :

Worthless to Man, Precious To God

Sepanjang kisah Alkitab kita menemukan satu pola dalam cara Allah bekerja. Allah memilih orang yang tidak diduga, bahkan sering mereka yang tidak dianggap dan dicampakkan oleh dunia, untuk dipakai oleh-Nya menjadi alat yang mendatangkan berkat bagi banyak orang. Mereka yang dipandang tidak mampu, tidak penting, dan tidak berharga, justru dipilih, diperlengkapi, dipakai, dan dimampukan Allah untuk mengerjakan pekerjaan yang amat luar biasa.

Minggu ini kita diajak merenungkan akan kisah Daud. Daud yang bukan siapa-siapa, bahkan tidak dianggap oleh ayahnya sendiri, Isai tidak menyebutkan namanya, Daud hanya dipanggil sebagai “si bungsu”. Namun yang diabaikan manusia dipandang Allah dan dipilih-Nya menjadi raja atas Israel. Sekalipun dalam pandangan manusia ada pribadi lain yang lebih menarik dari pada Daud, namun Allah dengan tegas berkata Ia melihat hati dan bukan paras. Kakak-kakak Daud jauh lebih rupawan, berperawakan baik, dipandang oleh manusia sebagai calon raja yang layak, namun ditolak Allah.

Mengapa Allah bekerja dengan cara demikian? Pertama-tama mari melihat dari perspektif Allah. Allah memilih yang tidak dipandang manusia untuk menyatakan kuasa-Nya. Bukan karena hebat dan cakap kita maka kita mampu melakukan pekerjaan besar, melainkan hanya karena kuat kuasa dari Allah yang memampukan kita mengerjakan pekerjaan besar. Dalam kelemahan dan kekurangan kita kuasa Allah makin nyata terlihat, dan agar tidak seorangpun memegahkan diri. Alasan kedua untuk menyatakan bedanya cara Allah menilai dari manusia. Sebagai manusia yang punya keterbatasan dalam melihat dan menilai, kita hanya dapat menilai seorang dari permukaannya saja, dari apa yang nampak. Akan tetapi Allah punya hikmat yang melampaui kita, Ia melihat kedalaman isi hati manusia. Ini mengajarkan kepada kita untuk tidak berpegang pada pengertian kita sendiri melainkan sepenuhnya mempercayakan diri kita mengikut hikmat Allah.

Di sisi yang lain kita juga dapat belajar dari siapa Daud. Sekalipun ia dipilih bukan berdasar rupa maupun kecakapan, namun tetap ada kualitas Daud yang menjadikannya berbeda dari manusia lain. Pertama hati yang melekat kepada Tuhan, sehingga ia diperkenan oleh Allah sendiri. Dari kedekatan ini kita melihat ketulusannya dalam mengikut Tuhan yang berulang kali disaksikan saat ia harus menghadapi Goliat, namun juga saat dia dikejar Saul. Sekalipun ia punya kesempatan membunuh Saul, namun ia memandang kepada Tuhan. Saul adalah orang yang diurapi Allah, selama Allah tidak memerintahkannya Daud memilih untuk menahan diri dan berserah kepada rencana Allah. Daud memilih mengambil jalan ini sekalipun ia tahu bahwa pilihan ini akan membawa hidupnya senantiasa dalam bahaya.

Satu bagian lain dimana kita melihat teladan Daud adalah ketika Allah menegur akan dosanya. Sekalipun menjadi orang yang diperkenan Tuhan, dipilih Tuhan, bahkan hatinya melekat pada Tuhan, tidak pernah membuat Daud imun terhadap dosa. Bahkan bisa dikatakan dosa Daud sungguh amat dalam, bukan hanya berzinah dengan isteri bawahannya, ia pun membunuh suaminya. Dosa yang mungkin tidak pernah dilakukan oleh kebanyakan orang Kristen sekalipun yang penghayatan imannya tidak sedalam Daud. Lalu apa yang menjadikan Daud berbeda? Hati yang siap menerima teguran dan kesungguhan dalam pertobatan. Daud langsung meratapi akan dosa dan kesalahannya setelah teguran Natan. Bahkan ketika Daud menerima konsekuensi dosa dan kesalahannya dengan matinya anak perzinahan Daud, tidak sekalipun Daud marah dan mempertanyakan Tuhan, karena ia menyadari siapa dia dihadapan Tuhan. **DK