Unshaken: Faith That Stand (Tak Tergoyahkan: Iman Yang Berdiri Teguh)
Roma1:16-17 | Habakuk 2:4 | Yakobus 2:17
EKSPRESI PRIBADI
Iman adalah hal yang tidak asing dalam kehidupan sehari-hari di tengah dunia ini. Namun, definisi yang kompleks dan pandangan yang bervariasi membuat iman sering kali sulit untuk dijelaskan atau dipahami. Bagi sebagian orang, iman terdengar seperti optimisme buta. Iman sering dikaitkan dengan kepercayaan tanpa bukti empiris dan kadang dituduh mempercayai hal yang tidak masuk akal (irasional). Bagi sebagian yang lain, iman identik dengan kehidupan keagamaan seseorang. Namun sesungguhnya, iman jauh lebih dalam dan mendasar dari sekadar itu.
Iman berkaitan langsung dengan komponen dasar dari kehidupan seorang manusia. Seperti yang dijelaskan oleh C. S. Lewis dalam Mere Christianity, bahkan kehidupan rasional manusia pun mau tidak mau harus berdiri di atas dasar iman. Semua manusia di dunia ini hidup dengan meyakini sesuatu atau beriman kepada sesuatu, termasuk orang-orang ateis yang mengaku tidak beriman. Kenyataannya, kaum ateis yang tidak percaya kepada Tuhan justru menaruh kepercayaannya kepada metode observasi sains dan hukum alam yang telah ditemukan sampai hari ini. Dengan kata lain, mereka menjadikan sains sebagai dasar iman mereka.
Semua manusia hidup oleh iman. Baik itu ilmuwan yang mempercayai keteraturan alam, pasangan suami dan istri yang mempercayai hati pasangannya, atau orang Kristen yang percaya kepada Kristus. Iman menjadi dasar kepastian, stabilitas, dan harapan setiap manusia. Oleh sebab itu, pertanyaan mengenai: “Apakah saya memiliki iman atau tidak?” adalah pertanyaan yang kurang tepat. Pertanyaan yang tepat adalah: “Kepada apa atau kepada siapa kita menaruh iman itu?” Kekristenan menjawab dengan tegas dan pasti: hanya kepada Tuhan Yesus Kristus!
EKSPLORASI FIRMAN
Surat Paulus kepada jemaat di Roma dimulai dengan urgensi yang kuat dari sang Rasul untuk memberitakan Injil di kota Roma. Di zaman itu, kota Roma adalah salah satu pusat kekuatan dari pemerintahan dunia. Roma adalah kota metropolitan dengan Kaisar sebagai pusat penyembahan dan standar sosial pada waktu itu. Di tengah konteks seperti itu, Paulus justru dengan berani menyatakan kerinduannya untuk memberitakan Injil. Paulus menyatakannya dengan tegas dalam Roma 1:16-17: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.”
Mengapa Paulus begitu rindu memberitakan Injil di tengah jemaat di Roma? Kerinduan itu menunjukkan bahwa apa yang ingin ia sampaikan bukanlah sekadar dongeng atau retorika yang disenangi oleh orang Romawi dan Yunani, melainkan tentang iman Kristen, kabar sukacita mengenai apa yang telah dilakukan oleh satu-satunya Tuhan yang benar. Kabar sukacita itu adalah Injil, yang disebut Paulus sebagai kekuatan Allah. Kekuatan ini menunjuk pada kuasa Allah yang ajaib, sebuah karya yang dirancang dan dikerjakan sendiri oleh Allah di dalam sejarah manusia. Allah yang menciptakan manusia tidak memusnahkannya ketika mereka jatuh ke dalam dosa dan memberontak melawan-Nya. Sebaliknya, Allah datang ke dalam dunia dan menanggung konsekuensi dosa di atas kayu salib, sehingga manusia yang seharusnya menerima murka-Nya justru beroleh kasih karunia dan diselamatkan. Karena karya keselamatan ini sepenuhnya dikerjakan oleh Allah, manusia tidak dibenarkan oleh perbuatan baiknya, melainkan bergantung sepenuhnya pada kasih karunia Allah melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Paulus mengutip Habakuk 2:4: “Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.” Dengan kata lain, kita yang seharusnya mati karena dosa kini dapat hidup hanya melalui iman kepada Tuhan Yesus.
Di dalam teologi Reformed, iman yang sejati mengandung tiga aspek utama, yaitu notitia, assensus, dan fiducia. Ketiganya menggambarkan iman bukan hanya sebagai perasaan atau pengakuan semata, melainkan sebagai keyakinan yang utuh dan hidup. Notitia berarti pengetahuan. Notitia merujuk kepada aspek intelektual dari iman yang melibatkan pengenalan akan isi kebenaran Injil. Seseorang tidak mungkin percaya kepada sesuatu yang tidak ia ketahui. Karena itu, iman Kristen selalu berakar pada pengenalan akan firman Tuhan. Namun, mengetahui kebenaran saja tidak cukup, diperlukan assensus, yaitu persetujuan atau penerimaan terhadap kebenaran itu. Artinya, seseorang tidak hanya tahu apa yang Alkitab ajarkan, tetapi juga mengakui bahwa apa yang diajarkan itu benar. Meski begitu, iman sejati tidak berhenti pada pengetahuan dan persetujuan semata. Aspek ketiga, fiducia, menekankan kepercayaan pribadi yang bersandar sepenuhnya kepada Kristus. Di titik inilah iman menjadi sesuatu yang hidup. Iman bukan hanya sekadar pengakuan intelektual, tetapi penyerahan total diri kepada Allah yang menyelamatkan.
Namun iman yang sejati tidak pernah berhenti pada pengakuan hati atau keyakinan batin. Iman yang hidup selalu menampakkan dirinya dalam tindakan yang nyata. Yakobus menegaskan hal ini ketika berkata, “Iman, jika tidak disertai perbuatan, pada hakekatnya adalah mati” (Yakobus 2:17). Artinya, iman sejati yang berakar pada Kristus pasti menghasilkan buah ketaatan, kasih, dan kesetiaan kepada Allah. Perbuatan bukanlah dasar keselamatan, tetapi bukti dari iman yang hidup. Orang Kristen yang berakar, bertumbuh, dan terhubung dengan pokok anggur yang benar (Yesus Kristus) seharusnya menghasilkan buah yang menyenangkan hati Bapa. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi orang-orang yang sudah menerima anugerah keselamatan di dalam iman kepada Tuhan Yesus untuk tidak berbuah bagi kemuliaan nama Tuhan.
APLIKASI KEHIDUPAN
Pendalaman
Menurut Anda, apa bedanya antara “iman yang umum” (seperti kepercayaan pada sains, logika, mitos, atau legenda) dan “iman Kristen” yang sejati kepada Kristus? Mengapa perbedaan ini penting dalam hidup sehari-hari?
Penerapan
Dalam aspek apa Anda ingin belajar menunjukkan iman yang hidup dan nyata melalui tindakan, keputusan, atau sikap sehari-hari yang memuliakan Tuhan? Adakah area tertentu dalam hidup Anda yang sulit menghasilkan buah-buah iman?
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.
