Arsip tema sepekan

Bagikan artikel ini :

Silent Wounds: When Parents Fail To Protect (Luka yang Tak Terucap: Ketika Orangtua Gagal Melindungi)

2 Samuel 13:1–22

EKSPRESI PRIBADI

>Ada istilah "diam itu emas" yang menyatakan bahwa "kadang-kadang lebih baik diam daripada berbicara, karena diam bisa lebih berharga dan bijaksana." Setujukah Anda dengan istilah ini? Pada saat kapan Anda harus diam dan saat kapan Anda harus berbicara? Diskusikan..

EKSPLORASI FIRMAN

>Peristiwa yang dicatat di dalam 2 Samuel 13:1-22 adalah peristiwa yang sangat menyedihkan, bahkan sebuah tragedi yang seharusnya tidak terjadi. Sang kakak (Amnon) seharusnya adalah seorang yang menjaga kehormatan adiknya (Tamar), tetapi justru di dalam tragedi ini, Amnon mencemarkan adiknya sendiri. Bahkan setelah ia mencemarkan adiknya, Amnon tidak mau bertanggung jawab atas apa yang sudah ia perbuat. Lebih menyedihkan lagi, ternyata tidak ada seorang pun yang membela Tamar, baik kakaknya sendiri (Absalom) maupun ayahnya, Raja Daud. Absalom justru meminta Tamar, adiknya, "Diamlah saja, bukankah ia kakakmu, janganlah begitu memikirkan perkara itu" (2Sam. 13:20). Ayahnya, Raja Daud, memang marah mendengar peristiwa menyedihkan ini, tetapi ia tidak melakukan apa pun atas kesalahan yang dilakukan Amnon itu. Seharusnya menurut hukum Taurat, apa yang dilakukan oleh Amnon mendatangkan hukuman mati, seperti yang dikatakan di dalam Imamat 18:9 dan 29 yang menyatakan: "Mengenai aurat saudaramu perempuan, anak ayahmu atau anak ibumu, baik yang lahir di rumah ayahmu maupun yang lahir di luar, janganlah kausingkapkan auratnya. Karena setiap orang yang melakukan sesuatupun dari segala kekejian itu, orang itu harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya." Tetapi Raja Daud diam dan membisu. Dari peristiwa ini kita bisa belajar dua hal:

>Pertama, dosa merusak keharmonisan keluarga. Apa yang terjadi di dalam keluarga Daud adalah karena dosa yang merajalela. Amnon tidak peduli apa yang dilakukan itu benar atau salah, ia tetap melakukan yang berdosa. Justru, Amnon menjadi orang yang bertindak semaunya, bahkan merendahkan Tamar dan menghina sedemikian rupa. Sebelum peristiwa Amnon dan Tamar terjadi, Raja Daud sendiri sudah melakukan kekejian di hadapan Tuhan dengan berselingkuh dengan Batsyeba dan membunuh Uria, suami Batsyeba demi mendapatkan istrinya. Semua direncanakan begitu detail dan luar biasa hanya untuk memuaskan dosa. Hal yang sama dilakukan oleh Amnon, ia pun penuh dengan rencana – yang dibantu oleh Yonadab, sepupunya yang cerdik – sehingga bisa melakukan dosa yang keji.

>Hal yang sama bisa terjadi di dalam kehidupan keluarga kita jika kita "permisif" (membiarkan atau memberi kebebasan tanpa batas). Tentu, apa yang dilakukan oleh Amnon terhadap adiknya Tamar adalah buah dari sikap permisif atau pembiaran Raja Daud atas semua dosa yang dilakukan Amnon selama itu. Sehingga, tidak heran, tatkala Amnon melakukan kesalahan yang sangat fatal, Daud pun diam dan tidak berani bertindak. Mungkin saja, karena Amnon anak sulungnya, anak kesayangannya, ia tidak berani menghukum Amnon karena takut kehilangan anak sulungnya, walaupun harus mengorbankan anaknya yang lain, yaitu Tamar.

>Hal ini mengingatkan kita bahwa kebenaran harus selalu ditegakkan di dalam keluarga kita dan jangan biarkan dosa merajalela. Pembiaran atas dosa membuat keluarga akan hidup tanpa kebenaran dan akhirnya dosa akan menghancurkan keharmonisan keluarga. Tentu, penegakan kebenaran ini dimulai dari sang ayah yang adalah seorang yang takut akan Tuhan. Di dalam Mazmur 128:1-6, dinyatakan bahwa orang yang takut akan Tuhan akan diberkati menjadi keluarga yang luar biasa. Karena itu, mari kita jadikan kebenaran sebagai dasar keluarga kita dan jangan biarkan dosa menyusup dan merajalela.

>Kedua, diam tidak berarti emas. Diamnya Absalom dan Raja Daud sangat menyedihkan hati Tamar. Akhirnya, dia tahu bahwa tidak ada seorang pun yang membela dia dan dia hanya bisa meratapi nasibnya sendiri. Tidak ada lagi baju kurung yang maha indah, yang ada hanyalah kehinaan. Tidak ada lagi tawa sukacita, yang ada hanya ratapan nyaring. Semua tidak peduli dengannya.

>Akibat Absalom dan Raja Daud mendiamkan tragedi ini, justru melahirkan tragedi-tragedi yang lebih mengerikan lagi. Absalom membunuh Amnon dan memberontak kepada ayahnya, Daud. Bahkan Absalom melakukan kekejian di hadapan Tuhan dengan "menghampiri gundik-gundik ayahnya di depan mata seluruh Israel" (2Sam. 16:22). Dosa yang dibiarkan akan melahirkan dosa. Akibat terlalu diam terhadap ketidakadilan, justru melahirkan dosa yang semakin merajalela.

>Hal ini menjadi pelajaran bagi kita. Jika ada kesalahan yang terjadi, harus ada teguran dan nasihat yang diberikan. Jangan didiamkan dan dibiarkan dengan alasan anak kesayangan atau alasan apa pun. Kesalahan tetap harus dinyatakan dan hukuman tetap harus diberikan. Dengan demikian, anggota keluarga akan tahu bahwa kesalahan ada akibat, sehingga tidak lagi bermain-main dengan dosa. Berbicaralah dan jangan diam. Paulus sendiri mengajar kita untuk "menegur seorang akan yang lain" sebagai bagian hidup sebagai anak-anak Allah yang sudah diselamatkan. (SO)

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

>Apakah yang menyebabkan seorang diam jika tragedi yang memalukan terjadi di dalam keluarga?

Penerapan

>Bagaimana sikap yang seharusnya dilakukan oleh Tamar, Absalom dan Raja Daud di dalam mengikapi peristiwa ini? Bagaimana sikap Anda jika terjadi tragedi yang mirip dengan peristiwa ini?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.