Arsip tema sepekan

Bagikan artikel ini :

Expanding Your Heart to Act (Perluas Hatimu untuk Bertindak Nyata)

1 Yohanes 3:16-18; Yesaya 58:1-12

EKSPRESI PRIBADI

Kita pernah mendengar ungkapan “laut ku seberangi, gunung pun akan ku daki.” Ungkapan ini menggambarkan upaya seseorang untuk melakukan apa pun—tidak peduli seberapa sulit atau berbahaya—demi orang yang ia kasihi. Pertanyaannya adalah apakah benar dan nyata ungkapan tersebut di dalam kondisi masa kini? Apa saja yang menyebabkan orang tidak bisa bertindak seperti ungkapan di atas? Apakah mungkin kita bisa mengasihi seperti ungkapan di atas?

EKSPLORASI FIRMAN

1 Yohanes 3:16-18 merupakan bagian dari penjelasan Rasul Yohanes tentang identitas diri orang percaya sebagai anak-anak Allah. Salah satu perintah penting sebagai anak-anak Allah adalah kita harus saling mengasihi (“Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi – 1Yohanes 3:11; lihat juga Yohanes 13:34). Karena itu, di dalam 1Yohanes 3:16-18 ini, Rasul Yohanes memberikan nasehat bagaimana kasih sejati itu. Ada tiga hal yang menjadi perhatian Rasul Yohanes yaitu:

Pertama, kasih memerlukan pengorbanan

Alasan utama dan terutama adalah teladan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menjadi teladan bagi kita semua berkenaan dengan kasih yang sejati. Kasih yang sejati dibuktikan dengan adanya pengorbanan bagi orang yang dikasihi. Tuhan Yesus membuktikan kasih Nya kepada manusia berdosa dengan “menyerahkan nyawaNya” sehingga kita yang seharusnya dihukum oleh karena dosa kita, dibebaskan dan dilepaskan dari maut. Semua ini bisa terjadi karena Kristus dengan sukarela mau mengorbankan diriNya bagi kita.

Kristus Yesus saja telah rela memberikan nyawaNya bagi kita, maka sudah selayaknya kita juga berlaku sama seperti yang dikatakan Rasul Yohanes: “jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita” (1Yoh 3:16b). Kata “wajib” menunjukkan bahwa kita sudah menerima kasih Kristus melalui pengorbananNya di atas kayu salib, maka kita pun sudah seharusnya melakukan hal yang sama terhadap orang lain yaitu mau berkorban demi kepentingan orang lain. Seperti Kristus yang mengasihi tanpa batas –karena Dia sudah memberikan segalanya bagi kita—maka kita pun sudah seharusnya memiliki kasih tanpa batas kepada orang lain. Jika kita mengasihi mereka, maka kita pun harus mau berkorban bagi mereka.

Kedua, kasih itu peduli.

Kasih juga harus dimotivasi oleh rasa simpati bahkan empati kepada orang yang membutuhkan pertolongan kita. Rasul Yohanes mengajarkan kepada kita bahwa kita harus mau membuka hati kita bagi orang-orang yang berkurangan. Kita yang berkelebihan (“mempunyai harta duniawi), harus memenuhi kekurangan mereka yang membutuhkan. Harta yang kita miliki adalah berkat dari Tuhan dan Tuhan ingin kita menyalurkan berkat tersebut kepada orang yang membutuhkan. Bagi mereka yang “menutup hatinya,” mereka adalah orang-orang yang anti kasih.

Jadi, jika kita memang sudah dikasihi Allah, maka kita pun harus mau membuka hati kita bagi mereka yang berkekurangan. Kasih di sini dibuktikan dengan kepedulian kita bagi orang-orang yang membutuhkan. Contoh terbaik diberikan oleh jemaat mula-mula di mana dikatakan: “selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing” (Kis. 2:45). Tidak heran apa yang mereka lakukan ini justru menjadi berkat bagi banyak orang bahkan mereka "disukai semua orang” (Kis. 2:47).

Ketiga, kasih dibuktikan dengan aksi nyata.

Akhirnya, kasih itu bukan sekadar perkataan tetapi perbuatan. Kasih tanpa aksi adalah kosong. Kasih sejati dibuktikan dengan tindakan nyata dan bukan sekadar perasaan. Penekanan yang tegas disampaikan oleh Rasul Yohanes bahwa kita mengasihi harus dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Karena itu, setiap kita harus membuktikan kasih dengan perbuatan kita baik di dalam keluarga, tempat kita kerja, lingkungan kita bahkan di mana kita berada, kita harus belajar untuk ringan tangan, membantu mereka yang membutuhkan.

Persoalan utama kasih adalah masalah mempraktikkan kasih itu. Karena itu, kalau kita benar-benar mengasihi, mari lihatlah sekeliling kita dan perbuatlah kebaikan demi kebaikan. Jika bisa, mari kita bertekad, dalam satu hari, minimal kita berbuat satu kebaikan bagi orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita. Kita tidak boleh egois. Kalau kita sudah menerima Kasih Kristus, maka kita harus mempraktikkan kasih Kristus itu supaya orang-orang lain bisa merasakan kasih Kristus melalui apa yang kita lakukan. Selamat berbuat kebaikan.

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Mengapa setiap orang percaya wajib mengasihi orang lain? Apakah boleh Anda mengasihi dengan melihat untung ruginya bagi Anda?

Penerapan

Love in action, mari membuat sebuah proyek ketaatan dengan melakukan kebaikan demi kebaikan. Catat kebaikan apa yang kita lakukan setiap hari dan sharingkan kepada rekan-rekan anggota CG Anda.

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.