Bagikan artikel ini :

Broken Vows: When Family Falls Apart (Janji yang Retak: Ketika Keluarga/Pernikahan Hampir Runtuh)

Hosea 1-3

EKSPRESI PRIBADI

Apakah Anda masih mengingat atau pernah tahu tentang janji pernikahan? Janji pernikahan berisi tentang nilai dan hakikat dari pernikahan itu sendiri. Di Gereja Injili Indonesia (GII) Hok Im Tong, janji pernikahan berbunyi demikian:

“Bersediakah engkau berjanji akan tetap mengasihi dan melayani suami/istrimu dengan setia pada waktu suka maupun duka, kelimpahan maupun kekurangan, sehat maupun sakit, dan tetap menuntut hidup suci dengan suami/istrimu dalam pemeliharaan-Nya, guna menyatakan kesetiaan dan imanmu dalam segala hal kepadanya sesuai dengan Injil Yesus Kristus?”

Setelah membaca tentang janji pernikahan ini, apa yang dapat Anda simpulkan tentang nilai dan hakikat dari pernikahan Kristen? (Diskusikan dengan pemimpin dan anggota CG). Pernikahan Kristen adalah suatu persatuan antara laki-laki dan perempuan di hadapan Tuhan untuk membangun keluarga yang aman, penuh penerimaan, dan utamanya memuliakan nama Tuhan.

Namun dalam kenyataannya, tidak semua pernikahan berjalan mulus seperti janji yang diucapkan. Lalu apa yang harus dilakukan jika janji suci tersebut dilanggar? Mari kita lihat bagaimana Alkitab menghadapi realita ini...

EKSPLORASI FIRMAN

Alkitab mencatat ada umat Allah yang kehidupan pernikahannya rusak, bahkan salah satunya adalah seorang nabi, yaitu Hosea. Nabi Hosea hidup di dalam Kerajaan Israel Utara ketika dipimpin oleh Raja Yerobeam bin Yoas. Kondisi negara Israel sedang kacau dengan segala penyembahan berhala, degradasi moral, dan kekacauan politik. Pada saat itulah Allah memanggil Hosea untuk menikahi seorang yang hidupnya tidak mencerminkan kesucian (Hos. 1:2).

Mengapa Allah memerintahkan nabi-Nya untuk melakukan hal yang demikian? Bukankah seorang hamba Allah harus memiliki hidup yang terpandang?! Allah memiliki pesan yang lebih penting dan mendesak bagi orang-orang Israel; yang disampaikan melalui kehidupan salah satu hamba-Nya. Inilah pesan yang Allah bagi umat-Nya melalui pernikahan Nabi Hosea yang rusak:

Relasi Allah dan Umat-Nya seperti Pernikahan

Allah secara langsung menggunakan pernikahan Hosea dan Gomer untuk menggambarkan relasi-Nya dengan umat-Nya (Hos. 1:2). Sejarah bangsa Israel mencatat bahwa setelah keluar sebagai budak dari Mesir, Israel masuk ke dalam sebuah perjanjian eksklusif dengan Allah di Gunung Sinai. Allah berkata kepada Musa di Gunung Sinai, “Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, kamu akan menjadi milik kesayangan-Ku dari antara segala bangsa, sebab seluruh bumi adalah milik-Ku.” (Kel. 19:5). Bahkan, setelah itu pun mereka mengesahkan perjanjian yang eksklusif dengan Allah dan para tua-tua Israel makan merayakan di hadapan Allah (Kel. 24:11).

Perjanjian antara Allah dan orang Israel yang eksklusif ini setara dengan eksklusivitas perjanjian pernikahan. Perjanjian ini bukan membawa beban, justru rasa aman karena kepastian diterima, dilindungi, dan dipelihara oleh Sang Pencipta alam semesta. Ada juga standar kehidupan yang harus dijaga orang Israel karena setelah masuk dalam perjanjian dengan Allah maka bangsa Israel menjadi perwakilan Allah di antara bangsa-bangsa. Namun, orang Israel layaknya Gomer, gagal menjaga keutuhan perjanjian suci tersebut dan malah memilih untuk berdosa.

Relasi Allah dan Umat-Nya seperti Pernikahan yang Rusak

Realita hubungan Allah dan umat-Nya adalah seperti pernikahan yang buruk/rusak, seperti yang dialami oleh Nabi Hosea. Gomer, istri dari Nabi Hosea, ternyata berselingkuh dan pada akhirnya memilih untuk meninggalkan suaminya. Perselingkuhan Gomer terlihat dari nama anak-anaknya. Anak pertama Gomer dengan Nabi Hosea diberi nama Yizre’el (1:4). Anak kedua Gomer diberi nama Lo-Ruhama yang artinya “Tidak ada ampun” yang sebenarnya tidak tertulis anak dari Hosea (ay. 6 bandingkan ay. 3). Anak ketiganya diberi nama Lo-Ami yang artinya “Bukan kepunyaanku” yang secara jelas menunjukkan Hosea tidak mengakui anak ini miliknya (ay. 9).

Kehidupan Gomer pun bukannya indah, tetapi seperti terperosok ke jurang yang makin dalam. Gomer kemungkinan lari untuk hidup bersama dengan kekasihnya, tetapi kemungkinan besar kekasihnya adalah seorang asusila yang menjual dirinya, sehingga Hosea harus “membeli” Gomer (Hos. 3:1-2). Inilah gambaran efek destruktif dosa yang membuat orang sepertinya menemukan kebebasan tetapi sebenarnya tergelincir masuk ke jurang (Mzm. 73:12, 16-20). Manusialah yang digambarkan seperti Gomer yang tak berdaya oleh kuasa dosa sedangkan Allah adalah Hosea yang mengasihi umat-Nya dengan luar biasa.

Allah Sendiri yang Memulihkan Pernikahan-Nya dengan Harga yang Mahal

Perintah Allah kepada Hosea bukanlah hal yang mudah. Hosea sebagai suami tentu merasakan betapa sakitnya dikhianati oleh Gomer sebagai istri, kedua anaknya pun bukan hasil hubungan dengannya, dan kondisi kehidupan Gomer sudah sangat menyedihkan. Hosea pun masih harus membayar Gomer, padahal dahulu ia sudah membayar mahar ketika meminang Gomer menjadi istrinya. Inilah gambaran kasih sejati dari Allah, kasih yang rela berkorban dan membayar segala utang kesalahan orang yang dikasihi-Nya (Hos. 11:8).

Allah menerima umat-Nya yang berdosa dengan membayar segala utang dosa mereka, meski konsekuensi dosa harus tetap dijalani untuk pemulihan. Orang Israel pada zaman Hosea tetap harus dibuang ke Pembuangan Asyur sebagai konsekuensi dosa mereka, tetapi pada waktunya mereka akan dipulihkan. “Sesudah itu orang Israel akan berbalik dan mencari Tuhan, Allah mereka, serta Daud, raja mereka. Dengan gentar mereka akan datang kepada Tuhan dan kepada kebaikan-Nya pada hari-hari terakhir.” (Hos. 3:5) Tuhan Yesus-lah yang akan mewujudkan dengan nyata keselamatan dari Allah yang mengasihi manusia yang sudah rusak. “… sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.” –Yohanes 12:47 TB.

Aplikasi

Saudara kekasih, bagi setiap kita yang tidak menyadari bahwa kita adalah Gomer dalam kisah ini, kita tidak dapat menyelami betapa besarnya kasih Allah kepada kita. Hanya ketika kita dapat memaknai betapa tanpa harapannya kita dalam dosa dan betapa besarnya harapan yang diberikan Allah karena kasih-Nya, barulah kita dapat melihat betapa besar kasih Allah pada kita. Inilah kabar baik bagi setiap kita yang telah mati karena dosa (Rm. 6:23).

Kabar baik ini juga ditujukan kepada setiap keluarga kita, baik yang sedang baik-baik saja atau yang sedang terancam hancur. Pengharapan ada di dalam Tuhan Yesus Kristus. Izinkan kasih-Nya yang ajaib itu pertama-tama masuk ke dalam hati, menguduskan kita dari dosa, dan perlahan mengubah hidup dari dalam menuju keluar. Apakah Anda sedang bergumul dalam keluarga Anda? Bagikan kepada pemimpin atau anggota Kelompok Kecil/Care Group untuk didoakan dan dimulai proses untuk pemulihan.  [JP]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Bagaimana Allah yang sempurna memilih untuk membayar kembali umat yang sudah mengkhianati-Nya menjadi kabar baik bagi orang Israel?

Penerapan

Langkah pencegahan apa yang bisa Anda ambil untuk 'memelihara kasih' dalam pernikahan/keluarga Anda?

SALING MENDOAKAN

Akhirilah Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain