Bagikan artikel ini :

Tanda Untuk Gideon (2)

Hakim-hakim 6:33-40

Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.
- Yakobus 1:6

Dua hari yang lalu, kita telah membaca bagaimana Gideon meminta tanda kepada Tuhan (Hak. 6:13-24). Meminta petunjuk dari Tuhan adalah sesuatu yang baik. Namun pertanyaannya, bagaimana jika kita tetap saja terus bimbang, lantas meminta petunjuk lagi dan lagi tanpa berani melangkah?

Inilah yang dilakukan Gideon. Rupanya, tanda yang diberikan Tuhan sebelumnya tidak cukup. Kini, ketika orang Midian dan orang Amalek hendak mengepung Israel (ay. 33), Gideon yang ditunjuk Tuhan untuk memimpin pasukan Israel masih saja ragu-ragu dan meminta tanda lagi kepada Tuhan. Meminta satu kali memang wajar, tetapi meminta dua kali? Bukankah ini menunjukkan ketidakpercayaan Gideon? Meski demikian, Tuhan yang Maha Penyabar menjawab permintaan tersebut, tidak hanya sekali, bahkan dua kali: Tuhan membuat guntingan bulu milik Gideon basah sementara tanah di sekitarnya kering (ay. 36-38), dan kebalikannya (ay. 39-40) sesuai permintaan Gideon.

Sebelum mengecam Gideon, sebaiknya kita berkaca kepada diri kita sendiri. Seringkali kita bimbang dan tidak berani melangkah. Kita berdoa meminta hikmat dan petunjuk. Namun, ketika Tuhan menjawab doa tersebut, kita terus meragukannya. “Ah, ini hanya kebetulan”, “ah, ini hanya perasaanku saja, bukan Roh Kudus,” “ah, mana mungkin pengkhotbah hari ini tahu pergumulanku, sampai-sampai khotbahnya nyambung sekali? Pasti kebetulan.” Sebaliknya, Tuhan juga sering memberikan tanda atau petunjuk untuk mencegah kita berbuat dosa. Entah sudah berapa orang yang bertanya kepada saya, misalnya, “Bolehkah menikah dengan orang yang tidak seiman? ‘Kan sudah terlanjur cinta…” atau “bolehkah sembahyang ke tempat ibadah atau orang yang sudah mati atau leluhur?” Saya yakin jawabannya jelas dan sudah diketahui, apalagi firman Tuhan memperingatkannya. Namun, tetap saja masih ada yang bertanya lagi dan lagi, seolah-olah mencari pembenaran.

Yakobus, adik dari Tuhan Yesus, menuliskan surat yang terkenal dengan pesannya untuk meminta hikmat (Yak. 1:5). Namun, kita sering melupakan ayat lanjutannya yang mengatakan bahwa hikmat tersebut harus diminta dalam iman dan bukan kebimbangan (Yak. 1:6). Orang-orang seperti ini mudah sekali diombang-ambingkan perkataan orang dan hal-hal lainnya.

Jika Tuhan telah memberikan Anda hikmat dan petunjuk-Nya, tunggu apa lagi? Berhentilah bimbang!


Refleksi Diri:

  • Apakah Anda pernah secara sengaja menulikan dan membutakan diri dari petunjuk Tuhan untuk melakukan sesuatu, atau sebaliknya, dari peringatan Tuhan untuk berhenti melakukan sesuatu?
  • Apakah Anda langsung taat atau bimbang? Apa yang membuat Anda bimbang?