Tanda Pertobatan Sejati
Imamat 6:1-7
Haruslah ia membayar gantinya sepenuhnya dengan menambah seperlima; haruslah ia menyerahkannya kepada pemiliknya pada hari ia mempersembahkan korban penebus salahnya.
- Imamat 6:5b
Penulis Kristen, Corrie Ten Boom, mencatat empat tanda pertobatan sejati, yaitu (1) tahu salah, (2) rela mengakuinya, (3) rela meninggalkannya, dan (4) rela mengganti rugi. Kebenaran ini ditegaskan dalam Imamat 6.
Imamat 6 mencatat tentang dosa mencuri, yakni mengambil hak milik orang lain. Dalam hal ini bisa barang atau harta yang pada awalnya dipercayakan orang lain atau sekadar dititipkan kepada seseorang, yang kemudian diambil sebagai miliknya sendiri (ay. 1a). Skenario lainnya adalah harta sesamanya diambil dengan paksa atau memeras (ay. 1b). Atau bisa juga seseorang yang menemukan barang hilang, tetapi tidak mengembalikannya dan tidak mengakui perbuatannya (ay. 2).
Apakah yang harus dilakukannya? Seseorang bukan saja menyadari dan mengakui dosanya, tetapi juga harus mengembalikan harta milik orang lain yang diambilnya (ay. 4). Tidak cukup sampai di situ, ia juga harus membayar ganti rugi, yakni seperlima nilai harta tersebut (ay. 5). Ganti rugi akan lebih besar lagi jika yang dicuri adalah binatang ternak (Kel. 22:1-4). Zakheus mengikuti standar ini dan mengatakan akan menggantikan empat kali lipat kepada orang yang pernah ia peras (Luk. 19:8).
Setelah orang tersebut mengembalikan harta dan mengganti kerugian, lalu apakah cukup sampai di situ? Tidak! Setelah membereskan dengan sesamanya, ia juga harus membereskan urusannya dengan Tuhan. Ia harus mempersembahkan satu domba jantan sebagai korban penebus salah. Seseorang yang bersalah kepada sesama, ia juga bersalah kepada Tuhan karena telah berbuat tidak setia kepada-Nya (ay. 1).
Tanda-tanda pertobatan sejati tetap berlaku untuk kita sampai saat ini. Jika kita telah merugikan seseorang dan kita bertobat, tidak cukup hanya berucap, “Saya minta maaf.” Kita juga harus mengembalikan apa yang telah kita ambil dari orang tersebut, serta mengganti rugi selayaknya kepadanya.
Janganlah sekali-kali berpikir untuk mencuri barang atau harta milik orang lain, berniat atau mengingininya apalagi. Segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan, kitahanyalah orang yang dipercaya untuk mengelolanya. Kelola apa yang Tuhan Yesus percayakan kepada kita dan pakai itu untuk kemuliaan nama-Nya.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda pernah mengingini barang milik orang lain? Atau malah sampai mengambil/mencurinya? Segera bertobat.
- Bagaimana wujud pertobatan sejati yang Anda lakukan saat menyadari dosa tersebut (apa pun bentuk dan cara Anda mencuri)?