Bagikan artikel ini :

Solusi Yang Membawa Masalah Lebih Besar

Hakim-hakim 21:16-24

Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak.
- Amsal 12:15

Masih melanjutkan kisah sebelumnya, rupanya empat ratus gadis dari Yabesh-Gilead tidak cukup untuk orang-orang Benyamin (Hak. 21:12-14). Jadi, apa solusinya? Mereka mengajari orang-orang Benyamin untuk menculik gadis-gadis Silo! Setiap tahun diadakan perayaan yang diyakini para penafsir sebagai Hari Raya Pondok Daun. Ini adalah perayaan penuh sukacita sehingga para gadis Silo keluar dan menari. Namun, karena akal mereka, perayaan ini berakhir dengan tragedi. Gadis-gadis Silo diculik oleh orang-orang Benyamin. Bayangkan kesedihan keluarga gadis-gadis tersebut.

Tidak hanya mendatangkan tragedi bagi penduduk Silo, usul mereka ini sebenarnya melanggar Taurat. Keluaran 21:16 dan Ulangan 24:7 memerintahkan untuk menghukum mati orang yang melakukan penculikan. Dengan kata lain, mereka mengajari orang-orang Benyamin untuk melakukan dosa yang hukumannya setimpal dengan kematian! Orang yang waras akan dengan cepat berpikir, lho, ini kan solusi yang malah membawa masalah lebih besar?! Bagi orang-orang Israel, lebih baik membiarkan penculikan terjadi daripada melanggar sumpah mereka yang bodoh. “Penduduk Silo mengalami tragedi dan orang-orang Benyamin berdosa? Bukan urusan kami! Yang penting kami tidak melanggar sumpah!” Mereka menganggap solusi mereka adalah solusi cerdas, dan itulah sebabnya ditekankan mereka kembali ke tempatnya masing-masing (ay. 24) karena mereka menganggap masalah sudah beres.

Itulah kebodohan yang seringkali kita lakukan. Ada masalah dan kita mencari solusi. Tetapi solusi tersebut justru menimbulkan masalah yang lebih besar. Anda kesal dengan seorang rekan kerja. Solusi Anda adalah berhenti dari tempat kerja tersebut. Sekarang Anda tidak punya pekerjaan. Solusi yang lebih baik tentunya adalah mengomunikasikan masalahnya dengan rekan Anda atau jika masih gagal, melaporkannya kepada HRD. Anda kesal karena anak Anda lebih sering menghabiskan waktu main games di kamarnya daripada dengan Anda. Solusi Anda adalah membuang games-nya. Sekarang, anak Anda justru marah dan tidak mau bicara dengan Anda.

Seperti kata Amsal, orang bodoh selalu menganggap solusinya tepat. Padahal solusinya mungkin mendatangkan masalah lebih besar. Barangkali salah satu alasan kita saat ini terjerat masalah yang begitu rumit karena solusi-solusi bodoh yang bertubi-tubi kita lakukan. Sebelum melakukan sebuah solusi, mintalah hikmat dahulu dari Tuhan dan nasihat dari orang yang lebih bijak.


Refleksi Diri:

  • Apakah saat ini Anda sedang menghadapi sebuah permasalahan rumit? Jika ya, apakah mungkin permasalahan terjadi karena Anda berkali-kali melakukan solusi yang keliru?
  • Apakah Anda meminta hikmat dari Tuhan dan meminta nasihat sebelum melakukan solusi? Atau Anda cenderung memikirkan solusi sendiri?