Pendonor Sperma
Hakim-hakim 13:8-25
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
- Ulangan 6:6-7
Sebuah tragedi pahit sering saya amati dari bapak-bapak. Ketika anaknya pintar, juara kelas, menjadi orang sukses, para bapak akan dengan bangga menceritakan kehebatan anaknya kepada orang lain. “Anakku juara kelas!” Akan tetapi, bagaimana misalkan anaknya nakal? Kata-kata amarah yang terlontar dari mulut si bapak untuk istrinya biasanya berbunyi, “Didik anakmu itu baik-baik!” “Anakmu itu mau jadi apa nanti?!” “Anak ini sama manjanya seperti mamanya!” dan lain sebagainya. Cerita-cerita ini banyak saya dengar dari rekan-rekan yang menyimpan kepahitan terhadap ayahnya. “Aku tidak punya papa. Ia hanya pendonor sperma saja,” begitulah perkataan pahit salah satu rekan.
Sebelumnya, kita membaca bagaimana Malaikat TUHAN menampakkan diri kepada istri Manoah. Ketika diberitahukan mengenai hal ini oleh istrinya, apa yang dilakukan Manoah? Manoah bukannya menjawab, “Yah, itu kan anakmu. Urusi saja.” Tidak! Manoah datang kepada Tuhan dan meminta agar Tuhan juga mengajarkan kepadanya apa yang harus dilakukan sebagai ayah (ay. 8). Dengan kata lain, Manoah ingin terlibat sebagai ayah. Malaikat TUHAN pun datang, kali ini bahkan memberinya instruksi untuk menjaga istrinya dalam masa-masa kehamilan tersebut (ay. 13-14).
Dalam budaya Tionghoa yang kental, kadang ada pemikiran bahwa anak adalah urusan ibu. Ini budaya yang salah. Alkitab memberikan kita contoh yang berbeda melalui Manoah. Tidak hanya bagaimana menjadi ayah yang baik, Manoah bahkan menaati Tuhan menjadi suami yang baik bagi istrinya dalam masa-masa mengandung. Masa mengandung adalah masa paling melelahkan bagi seorang ibu dan membutuhkan dukungan, baik secara fisik maupun secara emosional. Jika suami dan ayah tidak terlibat dalam kehidupan anak, tidak heran anaknya akan mengecamnya “pendonor sperma”.
Alkitab sangat menekankan peranan ayah. Perintah untuk mengajarkan hukum-hukum Tuhan kepada anak-anak (Ul. 6:6-7) menggunakan kata ganti maskulin yang menunjuk kepada ayah. Bukannya mengesampingkan peranan ibu, Tuhan tahu bahwa pada umumnya kaum bapak lebih tidak terlibat dalam hidup anaknya dibandingkan kaum ibu. Itulah sebabnya Alkitab sangat keras berbicara kepada kaum bapak.
Jangan mau hanya menjadi pendonor sperma saja. Jadilah papa bagi anak-anak Anda.
Refleksi Diri:
- Bagaimanakah pengalaman Anda semasa kecil dengan ayah Anda? Apakah ayah Anda terlibat dalam hidup Anda?
- Apa langkah praktis yang dapat Anda lakukan untuk melibatkan diri dalam pertumbuhan anak-anak Anda?