Bagikan artikel ini :

Pemimpin Yang Siap Menghadapi Oposisi

Hakim-hakim 8:1-3

Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.
- Galatia 1:10

Film-film superhero pada umumnya mengakhiri ceritanya dengan sang jagoan mengalahkan musuh-musuhnya. Ia dipuji, dikenang sebagai penyelamat, dan menyaksikan buah dari perjuangannya. Tidak demikian dengan kisah Gideon. Kisahnya tidak berakhir dengan kemenangannya atas pasukan Midian. Alkitab memberikan gambaran realistis apa yang terjadi kepada seorang pahlawan sesudah kemenangannya. Mulai dari bagian ini, kita akan melihat perlahan-lahan kisah kejatuhan Gideon.

Rupanya, meski berhasil mengalahkan pasukan Midian, tidak semua orang Israel menghargai apalagi berterima kasih kepada Gideon. Suku Efraim adalah salah satu suku terbesar di Israel dan karena itu, mereka sangat ponggah. Ego orang-orang Efraim terusik ketika Gideon tidak memanggil mereka, melainkan suku Manasye, Asyer, Zebulon, dan Naftali (Hak. 6:35), suku-suku yang lebih kecil. Gideon berhasil meredakan kemarahan mereka dengan merendahkan diri, mengatakan bahwa pencapaiannya tidak sebanding dengan pencapaian yang mereka peroleh dari Tuhan (ay. 2-3)

Demikianlah nasib seorang pemimpin. Tidak peduli seberapa pun suksesnya, tidak peduli seberapa pun baiknya keputusan yang diambil, pasti ada pihak-pihak oposisi yang kerjaannya hanya mengkritik dan komplain. Namanya juga pemimpin, harus siap untuk dibenci. Seorang pemimpin tidak bisa menyukakan semua orang. Seperti kata almarhum Steve Jobs, mantan CEO Apple, “If you want to make everyone happy, don’t be a leader, sell ice cream.” (jika kamu ingin membuat semua orang senang, jangan jadi pemimpin, jualan es krim saja). Prinsip ini berlaku di mana pun, baik di dalam keluarga, tempat kerja, bahkan pelayanan gereja.

Jadi, apa yang harus kita lakukan sebagai pemimpin? Pertama, kita harus mengingat apa visi yang Tuhan tanamkan dalam hati kita sehingga kita dapat menyaring kritik-kritik yang masuk. Kritik yang baik diterima, kritik yang sekadar nyinyiran diabaikan. Kedua, kita pun harus berhikmat dalam membalas nyinyiran para oposisi. Gideon bukan sama sekali tutup kuping, tetapi bersikap rendah hati dalam menepis kritik. Ini adalah manuver politik Gideon untuk menjawab suku Efraim dengan cara yang tidak membuat mereka menjadi musuhnya. Seorang pemimpin harus bisa mempertahankan kesatuan, tanpa berusaha menyenangkan semua orang.


Refleksi Diri:

  • Apakah Anda mendapat kepercayaan dari Tuhan menjadi seorang pemimpin? Dalam hal apa?
  • Apakah Anda seorang pemimpin yang cenderung menyenangkan semua orang atau sebaliknya, memusuhi semua orang yang tidak sepaham? Bagaimana cara Anda menyeimbangkan kedua ekstrem ini?