Orang Asing Yang Baik Hati
Hakim-hakim 3:31
Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.
- Galatia 6:10
Sesudah membaca kisah Ehud yang diceritakan sangat mendetail, kita diberikan hanya satu ayat untuk Samgar. Tidak banyak yang penulis kitab Hakim-hakim ketahui tentangnya. Bahkan, beberapa ahli Alkitab berpendapat bahwa Samgar adalah nama bangsa asing. Beberapa ahli yang lain berpendapat bahwa namanya secara harafiah berarti nama seorang asing atau orang asing itu. Sungguh nama yang aneh. Tidak hanya itu, Samgar dikisahkan mengalahkan orang Filistin bukan dengan pedang seperti Ehud, melainkan tongkat penghalau lembu. Tidak dituliskan pula berapa lama ia menjadi hakim atas orang Israel atau berapa lama masa keamanan sepanjang pemerintahannya.
Apa gambaran yang Anda dapatkan mengenai Samgar, khususnya jika dibandingkan dengan Ehud? Samgar seperti orang asing sambil lalu yang melihat seseorang dikeroyok sejumlah berandalan. Ia segera mengambil senjata ala kadarnya di pinggir jalan—entahkah pot bunga, tong sampah taman, atau payung orang lain—untuk mengalahkan berandalanberandalan tersebut dan mereka pun lari terbirit-birit. Ketika orang yang dikeroyok itu bangkit berdiri, orang asing yang menolongnya sudah tidak ada. Begitu cepatnya ia pergi.
Di dalam keadaan tertentu, bukan orang yang kita kenal melainkan orang-orang asinglah yang dapat menolong kita. Anda hampir pasti pernah mengalaminya. Tukang bakso pinggir jalan yang menolong ketika mobil Anda mogok, tukang parkir yang menawari Anda payung, bapak yang membantu mengambilkan Anda buku di rak perpustakaan yang tinggi, atau pelanggan yang memberikan tip untuk pelayanan Anda. Tuhan Yesus sendiri memberikan perumpamaan tentang seorang Samaria, orang asing yang murah hati (Luk. 10:30-35).
Sayang sekali, dunia modern ini menjadikan manusia makin cuek. Jangankan menolong dan peka terhadap lingkungan, untuk memberikan senyum dan ucapan terima kasih kepada pramusaji atau kasir saja tidak ada. Lebih celaka lagi, gereja pun tak luput dari keadaan ini. Sesama orang percaya yang duduk lama berdampingan selama kebaktian, apakah tersenyum, menyapa, dan menanyakan kabar?
Jadilah orang asing yang baik hati. Sebagaimana Samgar tidak memerlukan pedang, tetapi sekadar tongkat penghalau lembu, Anda pun tidak perlu uang atau hal-hal lain untuk menolong. Cukup senyum dan sapaan dari Anda.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah mengalami pertolongan dari orang yang tidak pernah Anda tahu dan kenal sebelumnya? Bagaimana reaksi Anda saat itu?
Apa yang bisa Anda lakukan hari ini untuk menjadi orang asing yang baik hati bagi orang lain?