Bagikan artikel ini :

Motivasi Dalam Pelayanan

Hakim-hakim 15:1-17

Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita.
- Filipi 1:18

Simson melakukan dosa demi dosa. Anehnya, Alkitab mengatakan bahwa Tuhan-lah yang mengizinkan Simson melakukannya untuk “mencari gara-gara terhadap orang Filistin” (Hak. 14:4). Tindakan-tindakan Simson berujung pada pertarungannya yang menewaskan seribu orang Filistin dengan rahang keledai (ay. 14-15).

Kita bingung bagaimana menilai Simson. Di satu sisi, ia memerangi orang-orang Filistin bukan untuk membela bangsanya. Motivasinya semata-mata untuk egonya, yakni membalas orang-orang Filistin yang telah menipunya. Di sisi lain, tindakannya sejalan dengan yang Tuhan kehendaki, yakni mengalahkan orang-orang Filistin. Simson mirip sekali dengan aktivis-aktivis gereja atau rohaniawan yang pelayanannya sangat memberkati orang. Ia bisa jadi seorang singer yang suaranya sangat merdu, seorang penatua yang kepemimpinannya luar biasa, seorang pemimpin care group yang sangat perhatian kepada anggotanya, atau seorang pengkhotbah yang bisa mempertobatkan ribuan orang. Namun, saat ditelusuri lebih jauh, motivasinya dalam melayani Tuhan adalah supaya populer dan dikenal orang, untuk mencari pacar, untuk menemukan rekan bisnis, atau alasan-alasan egois lainnya. Harus diapakan orang-orang seperti ini?

Kenyataannya, tidak ada manusia yang bisa memiliki motivasi pelayanan yang 100% murni semasa hidup. Yang bisa memilikinya hanyalah Tuhan Yesus saja. Kita hanya manusia berdosa yang masih terus dalam proses pengudusan. Bedanya hanyalah ada orang yang mengakuinya dan ada yang tidak. Ada yang terus berjuang untuk memurnikan motivasinya, tetapi ada yang berusaha menutupinya dengan cara menghakimi orang lain.

Haruskah kita memberhentikan mereka yang motivasi pelayanannya tidak 100% murni? Dan apakah kita hanya boleh pelayanan ketika motivasi kita 100% murni? Tentu tidak. Kalau menunggu sampai punya motivasi yang 100% murni, sampai Tuhan Yesus datang pun tidak akan ada yang pelayanan. Jadi, tidak perlu undur dari pelayanan selama motivasi yang tidak murni tersebut tidak membawa pada pelanggaran dan selama kita memiliki kepekaan untuk terus memurnikan motivasi. Tidak perlu memberhentikan orang dari pelayanan. Inilah sikap yang diambil Paulus ketika melihat pemberita-pemberita Injil yang melayani dengan maksud palsu (Flp. 1:18). “Ya, sudahlah. Yang penting Injil diberitakan.”

Biarlah kita tidak menghakimi orang lain, tetapi terus-menerus introspeksi diri dan memohon Tuhan agar memurnikan motivasi kita dalam melayaninya.


Refleksi Diri:

  • Apakah Anda pernah menghakimi orang lain dan meragukan motivasinya dalam pelayanan? Mengapa Anda melakukannya?
  • Apakah Anda sendiri memiliki motivasi yang murni dalam pelayanan? Maukah Anda memohon Tuhan agar Dia terus-menerus memurnikan motivasi Anda tersebut?