Bagikan artikel ini :

Menjadi Pembawa Damai

Matius 5:1-9

Bahagialah orang yang membawa damai, sebab mereka akan disebut anak-anak Allah.
- Matius 5:9

Kita hidup di dunia yang penuh dengan konflik, kebencian, dan kekerasan. Konflik bisa terjadi di dalam keluarga, antara suami dengan istri, orangtua anak, mertua menantu. Konflik juga bisa terjadi di dalam masyarakat, seperti konflik antar etnis yang menelan korban nyawa dan harta, bahkan antar negara seperti yang terjadi di Eropa, konflik Ukraina dan Rusia, Israel dan Hamas, dan sebagainya. Namun, dalam segala kekacauan tersebut, suara Kristus yang lembut dan penuh kasih memanggil kita untuk menjadi pembawa damai.

Bagaimana peran kita sebagai orang Kristen di tengah konflik tersebut? Pertama, kita harus menjadi pembawa damai. Ayat emas menegaskan bahwa panggilan kita adalah untuk menjadi pembawa damai di tengah-tengah dunia yang penuh konflik. Kata “damai” mencakup kedamaian dalam hubungan, keadaan batiniah, dan keselarasan dengan Allah sehingga meniadakan konflik atau bahkan pertikaian fisik. Ini hasil dari hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Kerajaan Allah yang diajarkan Yesus dalam seluruh Khotbah di Bukit, melibatkan sikap rendah hati, keadilan, belas kasihan, dan ketulusan dalam hubungan. Kehadiran kita seharusnya membawa keselarasan dan kedamaian bagi sesama.

Kedua, menunjukkan karakter Kristus. Ketika kita hidup dalam damai dan keselarasan dengan Allah, kita mencerminkan karakter Kristus kepada dunia. Sikap-sikap seperti rendah hati, belas kasihan, dan kasih yang tulus adalah bukti nyata bahwa kita adalah anak-anak Allah yang mengikuti teladan Kristus.

Ketiga, mengajak orang lain pada hidup damai. Kita juga memiliki tanggung jawab untuk mengajak orang lain pada hidup damai dengan mengajarkan dan mempraktikkan ajaran-ajaran Yesus. Ini bisa dilakukan melalui pelayanan, doa, dan pendekatan penuh kasih kepada mereka yang terlibat dalam konflik atau ketegangan.

Sebagai pengikut Kristus, kita mempunyai tanggung jawab untuk menjadi pembawa damai di tengah dunia yang penuh konflik. Hiduplah selaras dengan kehendak Allah dan aktif membangun perdamaian dalam hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Kita juga dipanggil untuk memperlihatkan karakter Kristus, Sang Raja Damai, yang menjadi perantara dalam konflik, mencari rekonsiliasi, dan memperlihatkan kasih yang seimbang antara keadilan dan belas kasihan kepada sesama. Kiranya kita bisa menjadi saksi-saksi hidup bagi Kerajaan Allah.


Refleksi Diri:

  • Apakah ajaran Yesus tentang membawa damai masih relevan di tengah dunia yang mementingkan diri sendiri?
  • Apa yang Anda akan lakukan untuk hidup menjadi pembawa damai Kristus di tengah komunitas yang penuh konflik dan permusuhan?