Memprioritaskan Tuhan, Wujud Kekudusan
Imamat 19:19-37
Barulah pada tahun yang kelima kamu boleh memakan buahnya, supaya hasilnya ditambah bagimu; Akulah TUHAN, Allahmu.
- Imamat 19:25
Apa arti kekudusan? Secara internal kekudusan adalah kemurnian. Secara eksternal adalah pemisahan. Penulis dan guru, Andrew Murray berkata, “Pemisahan bukan kekudusan, tetapi jalan menuju kepadanya. Israel adalah bangsa yang kudus, bukan karena ia tidak berdosa, tetapi karena ia dipisahkan untuk Tuhan. Ini tercermin dalam cara hidup mereka, termasuk dalam perilaku, ibadah, dan hubungan mereka dengan orang lain dan lingkungan.”
Imamat 19 menggambarkan secara konkret bagaimana konsep kekudusan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari umat Israel. Ayat 2 menyatakan bahwa Israel harus hidup kudus. Salah satu wujudnya adalah adanya larangan memakan buah pohon pada tiga tahun pertama (ay. 23), lalu di tahun keempat harus dipersembahkan kepada Tuhan (ay. 24), dan mereka baru boleh memakannya pada tahun kelima (ay. 25).
Perintah untuk menahan diri dari memakan buah selama tiga tahun pertama dan mempersembahkannya pada tahun keempat mengajarkan umat Israel bahwa semua yang mereka miliki berasal dari Tuhan. Ini juga mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka hanyalah pengelola, bukan pemilik sesungguhnya atas beragam pepohonan yang mereka tanam dan hasil panen buahnya. Larangan ini juga mengajarkan bahwa kekudusan mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk cara mereka memperlakukan tanah dan hasilnya. Ketaatan total pada perintah Tuhan adalah inti dari kekudusan. Menunggu lima tahun untuk menikmati hasil pohon menunjukkan pentingnya kesabaran, disiplin, dan pengorbanan diri dalam mengikuti aturan Tuhan. Selain itu, mempersembahkan hasil buah pada tahun keempat untuk Tuhan adalah bentuk ibadah yang menempatkan Tuhan di tempat pertama, memberikan yang terbaik kepada-Nya sebelum menikmati hasilnya sendiri. Sikap ini mencerminkan prinsip bahwa hal-hal pertama sering dianggap yang paling kudus dan terbaik dalam Alkitab.
Sebagai orang Kristen, kita diingatkan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan kita hanyalah pengelola, bukan pemilik sesungguhnya. Dengan memprioritaskan Tuhan Yesus dalam segala aspek kehidupan, kita juga belajar hidup kudus sama seperti Kritus yang kudus. Sikap ini akan memengaruhi lingkungan sekitar dan dunia karena kesaksian iman kita.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda sudah menempatkan Tuhan di tempat pertama dalam hidup dan dalam setiap keputusan yang dibuat?
- Bagaimana Anda bisa mengakui bahwa segala sesuatu yang Anda miliki berasal dari Tuhan?