Jadilah Pribadi Pemberani
Hakim-hakim 4:1-10
Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
- 2 Timotius 1:7
Ketiga hakim-hakim yang telah kita baca sebelumnya adalah hakim-hakim yang baik. Mulai dari kisah Barak dan Deborah, kita mulai mengamati penurunan kualitas dari para hakim. Pada saat itu, orang-orang Israel telah ditindas selama dua puluh tahun oleh bangsa Kanaan di bawah panglima Sisera yang memimpin pasukan yang besar. Menghadapi lawan seperti ini, siapakah yang Tuhan pilih sebagai hakim? Apakah seorang yang jago bertarung? Seorang jendral yang berkharisma? Tidak! Tuhan memilih Debora!
Ini aneh sekali. Sangat jarang Tuhan memilih perempuan untuk tugas kepemimpinan, apalagi salah satu tugas hakim adalah berperang. Tidak peduli seberapa keras seorang perempuan melatih fisiknya, Tuhan telah menciptakan laki-laki dengan fisik yang lebih kuat. Menurut data sains yang ada, kekuatan otot tubuh bagian atas perempuan hanya sekitar 50-60% daripada laki-laki, sementara untuk bagian bawah sebesar 60-70%. Jadi, mengapa Tuhan memanggil Debora menjadi hakim, seolah tidak ada laki-laki pemberani?
Memang demikian kenyataannya. Deborah mengingatkan Barak, seorang pemimpin militer, akan perintah Tuhan yang menyuruhnya untuk memerangi Sisera, panglima dari Yabin, raja Kanaan. Tuhan juga berjanji akan menyerahkannya ke tangan Barak. Namun, jawaban Barak mungkin membuat beberapa dari Anda, khususnya para ibu-ibu, menepuk jidat. Astaga! Pengecut sekali Barak! Bayangkan jika suatu kali Anda melihat kecoa atau tikus di dapur, kemudian Anda memanggil suami Anda untuk mengusir binatang tersebut. Alih-alih menenangkan dan menyuruh Anda menunggu di dalam kamar, suami Anda mengatakan, “Mami temenin papi juga, dong!” Tidak heran pada akhirnya Debora menjadi kesal. Mungkin sambil mendengus dan geleng-geleng kepala, nabiah itu mengiyakan (ay. 9).
Terlepas dari gender, kita sebagai umat Tuhan dan pengikut Kristus harus menjadi pribadi-pribadi yang berani. Mungkin saat ini kita tidak sedang menghadapi ancaman peperangan, tetapi keberanian diperlukan untuk segala aspek hidup kita. Berani mengambil risiko, berani mengambil keputusan tanpa dipengaruhi orang lain, berani meminta maaf kalau salah, berani memulai berkomunikasi dan menyelesaikan konflik, bahkan termasuk berani menghadapi kesulitan dan berkomitmen.
“Jangan takut!” adalah perintah paling banyak dituliskan di dalam Alkitab. Ingat, kita memiliki Roh Kudus yang lebih besar dari ketakutan-ketakutan kita.
Refleksi Diri:
- Apa yang menjadi ketakutan terbesar Anda saat ini?
- Apa langkah praktis yang dapat Anda lakukan untuk mengalahkan ketakutan tersebut?