Bagikan artikel ini :

Doa Orang Sombong

Lukas 18:9-14

Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.
- Amsal 16:15

Saya mengenal seseorang yang setiap kali mengobrol pasti akan menceritakan koneksi-koneksinya dengan orang-orang penting. Ia juga senang menyampaikan pencapaian-pencapaian dan bisnis-bisnisnya sehingga orang yang mendengarnya segera paham bahwa ia sedang menyombongkan dirinya. Celakanya, ia sendiri tidak menyadari kesombongannya karena berulang kali akan menceritakan hal yang sama.

Kesombongan seringkali tidak disadari oleh orang yang melakukannya, seperti orang Farisi yang berdoa ini (ay. 11-12). Jika kita bedah isi doanya, ia menyatakan kepada Tuhan bahwa dirinya sudah mengikuti hukum-hukum Tuhan dan hidup taat di dalamnya. Ia juga bukan perampok, tidak pernah mengambil milik orang lain, dan seorang pekerja atau pebisnis yang jujur. Orang Farisi ini juga bukan pezinah, tidak pernah berselingkuh dalam pernikahannya kalau itu yang dimaksudkannya. Orang-orang melihatnya sebagai suami yang setia. Ia berlaku adil, mungkin sering beramal. Tambahan penting yang menurut ia tak boleh dilewatkan, ia berpuasa dua kali seminggu, padahal di dalam Hukum Taurat, puasa wajib hanya sekali dalam setahun (Im.16:29-31; Bil.29:7). Orang Farisi ini juga menambahkan ketaatan lainnya, yaitu memberi persepuluhan. Disiplin rohaninya luar biasa, levelnya lebih tinggi daripada orang biasa. Tapi, di mana letak permasalahannya?

Masalahnya adalah ia salah menilai dirinya di hadapan Tuhan. Apakah perbuatan-perbuatan baiknya adalah tanda ia diterima oleh Tuhan? Tentu tidak. Orang Farisi ini menilai dirinya begitu tinggi sehingga ia menilai orang lain dengan rendahnya. Ia mengucap syukur bahwa dirinya tidak sama dengan pemungut cukai. Orang Farisi membenarkan dirinya berdasarkan apa yang dilakukannya dan membandingkan dengan kesalahan orang lain. Di dalam berbagai terjemahan, doanya menyebutkan kata “aku” sampai lima kali, yang menunjukkan pencapaian yang telah ia lakukan, semuanya hanya tentang dirinya saja.

Sebagai orang percaya kita perlu ingat, kita adalah orang berdosa yang diselamatkan karena anugerah Tuhan. Kita tidak punya andil apa-apa dalam keselamatan. Sesungguhnya, tidak ada yang perlu disombongkan. Jika kita bersikap sombong, kita menempatkan diri lebih hebat daripada orang lain, yang tanpa kita sadari kita juga sedang mencobai Tuhan. Ingatlah bahwa semua yang kita miliki dan capai, semuanya adalah pemberian Tuhan. Janganlah sombong.


Refleksi Diri:

  • Apa yang sering membuat Anda tergoda untuk menyombongkan diri?
  • Bagaimana Anda mengatasi godaan untuk menyombongkan diri?