Cucu Musa?
Hakim-hakim 18:27-31
“Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
- Matius 7:15
Ini adalah akhir dari drama Mikha dan bani Dan. Apakah ini sebuah akhir yang baik? Kalau berpihak kepada bani Dan, maka ini adalah akhir yang baik karena mereka akhirnya mendapatkan tanah untuk tinggal, pikir Anda. Salah. Ini adalah akhir yang buruk. Bani Dan menyembah patung curian dari Mikha di tempat kediaman mereka, padahal orang-orang Israel beribadah kepada Tuhan di kemah suci di Silo (ay. 31).
Lebih celaka lagi, identitas orang Lewi yang menjadi imam mereka disingkapkan di ayat 30. Orang Lewi tersebut adalah anak Gersom, cucu Musa! Apa artinya? Artinya, cucu dari nabi terbesar di Perjanjian Lama membawa suku Dan ke dalam dosa! Tak heran, kita telah melihat dari perikop-perikop sebelumnya bagaimana cucu Musa ini begitu haus popularitas dan uang. Ia bersedia saja dijadikan imam, baik oleh Mikha dan oleh suku Dan, untuk sebuah patung. Mengingat begitu giatnya Musa dalam menegakkan Taurat dan mengingatkan orang Israel untuk taat, seharusnya cucunya bertindak menegur baik Mikha maupun bani Dan bahwa perbuatan mereka berdosa, kemudian membawa mereka ke jalan yang benar. Sayang sekali, ia terlalu kemaruk popularitas dan harta.
Akibatnya? Coba baca Wahyu 7:4-8. Suku Dan tidak disebutkan dalam daftar suku-suku yang dimeteraikan. Beberapa ahli berpendapat bahwa ini terjadi karena suku Dan hidup dalam penyembahan berhala. Bayangkan, suku kedua terbesar sesudah suku Yehuda, suku yang darinya Simson lahir, berakhir tragis seperti ini. Semua terjadi karena imam palsu di tengah-tengah mereka, yakni cucu Musa.
Sebelum mengecam bani Dan, mungkin kita pun sering jatuh dalam hal ini. Ada seorang pendeta atau pengkhotbah besar. Ia mungkin anak atau cucu dari pengkhotbah besar lainnya. Kita lantas berpikir, perkataan orang ini pasti benar! Belum tentu. Jika cucu Musa saja bisa menjadi nabi palsu, siapa pun bisa.
Tuhan Yesus berulang kali memperingatkan kita untuk waspada terhadap orang-orang seperti ini. Jika Anda jelas-jelas berbuat dosa, tetapi rohaniawan Anda bukannya menegur melainkan membela bahkan memberikan pembenaran untuk dosa-dosa Anda, berhati-hatilah! Sekalipun ia seorang pengkhotbah besar atau anak pengkhotbah besar, mungkin saja ia juga seorang nabi palsu sama seperti cucu Musa ini.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda pernah mencari-cari pembenaran dari hamba Tuhan tertentu untuk dosa Anda? Apakah ia menegur Anda atau memberikan apa yang Anda cari?
- Apakah ada pengkhotbah-pengkhotbah tertentu yang Anda cenderung terima mentah-mentah segala perkataannya tanpa memeriksa kebenarannya di Alkitab? Apa yang membuat Anda melakukannya?