Cara Lama VS Cara Baru
Matius 9:14-17
Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya.
- Matius 9:16
Saat membahas tentang keselamatan dalam percakapan katekisasi kebanyakan peserta akan menjawab kalau keselamatan diperoleh dengan jalan percaya Tuhan Yesus, ditambah dengan perbuatan baik yang dilakukan. Mereka menganggap perbuatan baik sangat penting sebagai syarat untuk diselamatkan. Jadi, performa seseorang sangat diperhitungkan. Sesungguhnya, keselamatan didapatkan karena iman saja, sementara perbuatan baik adalah dampak orang yang telah diselamatkan. Masih banyak orang percaya yang memakai “cara-cara lama” dalam keagamaan untuk mendapatkan keselamatan.
Murid-murid Yohanes dan murid-murid Farisi (Mrk. 2:18; Luk. 5:33) heran mengapa murid-murid Tuhan Yesus tidak berpuasa. Yesus menjawab, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” (ay. 15). Puasa biasanya dikaitkan dengan kesedihan dan kedukaan, ketika segala sesuatu berjalan tidak sebagaimana seharusnya. Jawaban Yesus menunjukkan diri-Nya adalah Mesias yang dijanjikan, Dialah Tuhan itu sendiri. Kehadiran Yesus seharusnya membawa sukacita besar, bukannya dukacita bagi bangsa Israel.
Yesus juga menyatakan bahwa kehadiran-Nya bukan untuk menambal tradisi-tradisi yang lama. Apa yang orang Yahudi utamakan pada akhirnya terbatas pada aturan agama yang tidak membawa seseorang semakin mengenal Tuhan atau dipulihkan hubungannya dengan Tuhan. Dengan suatu terobosan lainnya Yesus berkata bahwa secarik kain baru jika ditambalkan pada baju yang tua, pada akhirnya akan membuat robekan yang lebih besar lagi (ay. 16). Begitu juga dengan anggur yang baru jika memakai kantong anggur yang lama, usang, dan rapuh, tidak akan dapat menampungnya karena anggur yang baru akan memberikan tekanan akan membuat hancur kantung kulit yang lama (ay. 17).
Cara-cara keagamaan tidak akan pernah mengubahkan hidup seseorang. Kehadiran Tuhan Yesus menghadirkan suatu perubahan besar di dalam sejarah manusia karena hanya Dia-lah yang mampu menghadirkan pembaruan dalam hidup seseorang. Ketika kita hidup dengan “cara-cara baru” di dalam Kristus, kita bukannya hidup asal-asalan, melainkan hidup dengan sungguh-sungguh dengan pola pikir yang sama sekali berbeda. Karena itu, jalanilah hidup dengan cara Kristus yang utama.
Refleksi Diri:
- Apa saja “cara-cara lama” dalam keagamaan yang saat ini mungkin Anda percayai?
- Mengapa Kristus membawa “cara-cara baru” di dalam hidup? Apa “cara-cara baru” di dalam Kristus yang sudah Anda kerjakan?