Bagikan artikel ini :

Bukan Pelajaran Geografi

Hakim-hakim 1:21, 27-36

Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
- Wahyu 3:16

Saat membaca perikop bacaan hari ini, Anda mungkin merasa bingung. Ini sebenarnya sedang membaca renungan atau belajar geografi, sih? Lebih-lebih lagi, geografi yang dipelajari adalah geografi tanah asing, bukan geografi Indonesia.

Tidak heran jika Anda berpikir demikian. Bagian ini memberikan kita banyak nama-nama kota, berikut penduduk yang menempatinya. Namun, hal ini ditulis bukan supaya kita mengetahui kondisi geografis orang-orang Israel, melainkan supaya kita mengetahui kondisi spiritual mereka! Perhatikan, berkali-kali ditekankan “suku X tidak menghalau penduduk Y”. Padahal, Tuhan memerintahkan kepada mereka untuk menumpas sama sekali setiap penduduk yang menduduki tanah Kanaan (Ul. 7:1-2, 20:16-18). Seperti yang telah kita pelajari kemarin, hal ini bukanlah karena Tuhan jahat dan melakukan diskriminasi, melainkan karena orang-orang Kanaan tidak mau meninggalkan dewa-dewa palsu mereka dan jika dibiarkan hidup, mereka tentunya di masa depan akan menyeret orang Israel ke dalam penyembahan berhala serta imoralitas sosial. Jika demikian, tidak hanya orang-orang Israel akan berakhir dengan meninggalkan Tuhan, tetapi kehidupan sosial mereka juga akan kacau, tidak manusiawi, dan anarkis, sama seperti bangsa-bangsa Kanaan tersebut.

Meski perintah untuk menumpas sama sekali bangsa-bangsa Kanaan diberikan untuk kebaikan orang Israel sendiri, sayang sekali mereka tidak taat. Mereka taat hanya setengah-setengah. Mereka menyerang orang-orang tersebut, tetapi enggan menghalau dan menumpaskan semuanya.

Sikap hati setengah-setengah inilah yang Tuhan Yesus sebut sebagai “suam-suam kuku” (Why. 3:16). Celakanya, kita sebagai orang percaya juga seringkali suam-suam kuku, sama seperti orang Israel, bukan? “Yah, aku kan sudah ke gereja setiap minggu, memberi persembahan, ikut pelayanan. Masalah bagaimana aku bertanggung jawab dengan keluarga dan pekerjaanku, memperlakukan sesamaku khususnya mereka yang secara ekonomi di bawahku, ya terserah aku, donk.” Inilah orang Kristen suam-suam kuku. Senin sampai Jumat membohongi orang, Sabtu sampai Minggu membohongi Tuhan.

Sebagai pengikut Kristus, firman-Nya bukanlah sekadar saran yang boleh kita pilih untuk dilakukan atau tidak, melainkan perintah dan hukum yang harus dipatuhi. Maukah kita berhenti taat setengah-setengah dalam kesuaman rohani kita, dan menyerahkan segala aspek hidup kita kepada-Nya?


Refleksi Diri:

  • Bagaimana kondisi rohani Anda saat ini? Apakah sedang berkobar untuk Tuhan ataukah telah menjadi suam-suam kuku?
  • Apakah ada ketidaksungguhan Anda untuk taat kepada Tuhan? Dalam hal apa?