"Allahku Yang Kubuat"
Hakim-hakim 18:22-26
Orang-orang yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan, dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah. Penyembah-penyembah patung itu tidaklah melihat dan tidaklah mengetahui apa-apa; oleh karena itu mereka akan mendapat malu.
- Yesaya 44:9
Kasihan sekali Mikha. Anda tentu bersimpati dengannya, bukan? Kuilnya dirampok. Imamnya meninggalkannya. Patung, efod, dan terafimnya diambil orang. Lebih-lebih lagi, ia tidak bisa mengambil kembali kepunyaannya karena orang-orang yang merampoknya itu lebih kuat daripadanya (ay. 25-26). Tidakkah Anda kasihan ketika mendengar perkataan nelangsanya di ayat 24, “Allahku yang kubuat serta imam juga kamu ambil, lalu kamu pergi. Apakah lagi yang masih tinggal padaku?”
Di satu sisi, memang kasihan sekali Mikha. Tetapi di sisi lain, bukankah perkataannya kocak sekali? “Allahku yang kubuat,” tidakkah Anda tertawa geli mendengar perkataannya? Bukan sebuah kebetulan penulis Alkitab mencatat frasa tersebut dengan lengkap. Ini menunjukkan betapa konyolnya Mikha. Sosok “Allah” seharusnya adalah sosok yang mahakuasa, bukannya sosok yang terbatas hasil buatan manusia.
Tidak hanya itu, Mikha juga mengatakan, “Apakah lagi yang masih tinggal padaku?” Mikha mengemis seolah-olah ia mengalami kebangkrutan total dan kehilangan segala sesuatu. Padahal, ia masih memiliki banyak! Kalau Anda mengingat pasal sebelumnya, ibu Mikha hanya memakai 200 uang perak untuk membuat patung tuangan tersebut. Masih ada 900 perak tersisa. Jadi, jika patung senilai 200 perak tersebut dicuri, ia masih bisa membuat setidaknya empat patung lagi! Konyol sekali, bukan? Itulah kebodohan penyembah patung. Bagi mereka, patung adalah segala-galanya. Nilainya jauh lebih mahal daripada material yang dipakai untuk membuat patung tersebut.
Namun, alangkah baiknya jika kita tidak menertawakan kekonyolan para penyembah patung, melainkan mengasihani mereka. Di antara keluarga besar Anda atau rekan-rekan Anda, mungkin ada yang masih melakukan sembahyang tertentu kepada patung-patung. Ada pula yang mengkultuskan dan berdoa di depan patung-patung atau relik-relik tertentu yang dianggap suci. Baik orang percaya maupun orang Kristen dari denominasi lain, ada saja yang masih terikat dengan benda-benda tersebut. Orang-orang seperti ini harus kita kasihani dan doakan.
Itulah sebabnya mengapa Injil sejati harus dikabarkan. Bukan hanya supaya mereka mendapatkan jaminan keselamatan di kehidupan nanti, tetapi juga karena Anda tidak mau melihat orang-orang yang Anda kasihi melakukan hal-hal konyol di kehidupan sekarang, bukan?
Refleksi Diri:
- Apakah Anda mengenal orang-orang yang masih terikat dengan bersembahyang kepada patung-patung? Bagaimana perasaan Anda ketika melihat mereka melakukannya?
- Bagaimana Injil yang sejati dapat melepaskan mereka dari keterikatan-keterikatan tersebut? Bagaimana cara Anda memberitakannya kepada mereka?