Bagikan artikel ini :

Tidak Ada Bedanya

Hakim-hakim 19:22-30

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
- Roma 12:2

Dari kisah-kisah bangsa Israel di sepanjang Perjanjian Lama, mungkin kisah inilah yang paling mengejutkan. Bagaimana mungkin bangsa pilihan Tuhan bisa melakukan hal ini? Pertama, orang-orang suku Benyamin di Gibea tidak menunjukkan keramahtamahan kepada orang asing (ay. 15), malah seorang tua suku Efraim-lah yang memberi tumpangan. Kedua, mereka menghampiri rumah orang tua tersebut dan menuntutnya menyerahkan tamunya (ay. 22). Ketiga, si tuan rumah bukannya bersikap jantan sebagai laki-laki dan menghadapi orang-orang jahat tersebut, malah menawarkan anak gadisnya dan gundik tamunya—dengan kata lain, bersembunyi di balik perempuan-perempuan tersebut (ay. 24).

Ini mirip kisah Sodom. Dua malaikat yang tidak ditawari tumpangan oleh orang-orang Sodom, justru diterima dan diberi tumpangan oleh Lot yang berasal dari luar kota (Kej. 19:2-3). Orang-orang Sodom menuntut Lot menyerahkan kedua malaikat tersebut untuk “kami pakai mereka” (Kej. 19:5). Lot yang pengecut, malah menawarkan kedua anak perempuannya untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan kedua tamunya (Kej. 19:8). Bedanya hanya satu: dalam kasus Sodom, kebrutalan tidak terjadi. Justru pada kisah di perikop ini, di Israel, kebrutalan terjadi. Orang Lewi itu menyerahkan gundiknya kepada orang-orang jahat, demi melindungi dirinya sendiri.

Ciri masyarakat yang kerohaniannya bobrok adalah merendahkan wanita. Wajar kalau Sodom, kota yang akhirnya dihancurkan Tuhan, merendahkan wanita sedemikian rupa. Namun, Israel? Bagaimana mungkin umat pilihan Tuhan bisa menjadi demikian biadab? Penulis kitab Hakim-hakim dengan sengaja menulis kisah ini mengikuti kisah Sodom (Kej. 19) untuk menunjukkan satu hal: Israel tidak ada bedanya dengan Sodom!

“Apa bedanya orang Kristen dengan orang dunia?” Sentimen ini mirip dengan kisah yang kita baca hari ini. Yang mengaku percaya kepada Allah yang benar, tidak ada bedanya dengan yang tidak percaya. Bagaimana bisa? Sebagaimana orang Israel yang makin bobrok imannya menjadi tidak berbeda dengan Sodom, demikian pula kita sebagai orang percaya menjadi tidak berbeda dengan dunia ketika kita jauh dari Tuhan. Pada akhirnya, bukannya serupa dengan Kristus, kita malah serupa dengan dunia!

Sudahlah. Kalau kita tidak berbeda dengan dunia, lepas saja label “Kristen” itu.


Refleksi Diri:

  • Apakah ada tindakan-tindakan tertentu yang Anda lakukan yang tidak berbeda dengan orang yang tidak percaya (misal: dalam praktik-praktik di tempat kerja, strategi dalam bisnis, mengatur keluarga, dll.)?
  • Apa yang dapat Anda lakukan untuk memperbaiki tindakan-tindakan tersebut supaya kehidupan Anda lebih serupa Kristus?