Bagikan artikel ini :

Singa dan Tikus

Hakim-hakim 1:1-4

Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan.
- 1 Korintus 12:22

Anda mungkin pernah mendengar fabel berikut tentang singa dan tikus. Suatu kali sang raja hutan tertidur, si tikus tidak sengaja membangunkannya. “Mohon maaf, raja hutan! Jangan makan aku! Kalau kamu membiarkanku pergi, aku akan membalas budimu suatu saat nanti!” Sang singa tertawa mendengar perkataan tersebut, “Memangnya makhluk sekecil kamu bisa membantu apa?” Ia kemudian melepaskan si tikus. Beberapa hari kemudian, sang singa terperangkap dalam jerat jala seorang pemburu. Si tikus melihat sang singa terjebak, segera mengigiti jala tersebut sampai putus dan singa itu bebas. Fabel ini mengajarkan bahwa seberapapun kecil atau rendahnya seseorang, bantuan mereka mungkin sekali suatu saat kita perlukan.

Kisah yang kita baca hari ini menceritakan hal yang serupa. Yehuda, suku Israel terbesar yang dikatakan “anak singa” (Kej. 49:9) dan pemimpin dari suku-suku yang lain (Kej. 49:10) ditunjuk Tuhan untuk maju paling depan menyerang musuh-musuh Israel. Yehuda, bukannya menjadi jumawa dan sombong, sebaliknya malah datang ke Simeon, suku terkecil yang jumlahnya berkurang sebanyak 63% dari 59.300 (Bil. 1:23) menjadi 22.200 (Bil. 26:14) karena hukuman Tuhan atas mereka yang menyembah Baal-Peor (Bil. 25:9). Tidak hanya itu, suku Simeon menumpang di tanah suku Yehuda. Namun, di balik semua kelemahan suku Simeon, suku Yehuda tetap mengajaknya beraliansi bahkan menawarkan diri untuk membantu mereka ketika nantinya mereka membutuhkan pertolongan (ay. 3).

Saling melibatkan dan menghargai pertolongan pihak lain, khususnya pihak yang biasanya diremehkan dan direndahkan, adalah sebuah tindakan yang dikehendaki Tuhan untuk kita lakukan dalam pekerjaan-Nya. Sayangnya, tidak jarang kita menyisihkan orangorang yang kita anggap tidak penting, tidak kompeten, tidak pintar, dan lain sebagainya dalam pelayanan-pelayanan yang kita lakukan. Bahkan, kita mungkin menghalang-halangi orang-orang seperti ini untuk terlibat dalam pelayanan karena kita berpikir, kalau mereka terlibat, bisa-bisa malah membebani yang lain karena mereka tidak bisa apa-apa!

Coba bayangkan kalau Tuhan juga berpikir demikian saat memanggil kita masuk ke dalam pekerjaan-Nya. Tidak akan ada satu pun dari kita yang menjadi orang percaya. Mari kita meneladani suku Yehuda yang melibatkan mereka yang terlemah dalam pekerjaan Tuhan di gereja-Nya.


Refleksi Diri:

  • Apakah ada orang-orang yang Anda anggap tidak pantas terlibat dalam pelayanan gereja karena Anda merasa mereka kurang kompeten atau tidak bisa apa-apa?
  • Bagaimana cara Anda mengajak mereka terlibat dalam pelayanan yang Anda lakukan saat ini?