Pertobatan Palsu
Hakim-hakim 2:1-5
“Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
- 1 Samuel 15:22b
Sebelumnya kita telah merenungkan bagaimana orang Israel tidak sepenuhnya taat kepada Tuhan. Bagian yang kita baca hari ini merupakan kelanjutannya. Dikisahkan Malaikat Tuhan datang kepada orang-orang Israel. Anehnya, Malaikat ini berbicara seolah-olah Dia adalah Tuhan sendiri, sesuatu yang tidak dilakukan malaikat-malaikat biasa sebagai penyampai pesan Tuhan. Itulah sebabnya para penafsir Alkitab sepakat bahwa Malaikat ini tidak lain dan tidak bukan adalah Tuhan sendiri, yakni secara spesifik adalah Pribadi Kedua Allah Tritunggal sebelum menjadi manusia.
Sang Malaikat meneguhkan perjanjian-Nya dengan orang-orang Israel (ay. 1), tetapi Dia sedih dan menyesalkan mengapa mereka tidak taat kepada-Nya (ay. 2). Sang Malaikat kemudian memberitahukan konsekuensi dosa mereka, yakni bahwa bangsa-bangsa yang tidak mereka halau akan menjadi musuh mereka dan membawa mereka ke dalam penyembahan berhala (ay. 3).
Bagaimana respons orang Israel? Sepertinya bagian ini ditutup dengan happy ending, akhiran yang bahagia. Orang-orang Israel menangis dengan keras dan mempersembahkan korban kepada Tuhan. Bukankah ini hal yang baik? Mereka bertobat!
Sayang sekali, pertobatan mereka hanyalah pertobatan palsu. Kalau memang mereka sungguh-sungguh bertobat, Kitab Hakim-hakim akan selesai sampai di sini. Sayangnya, masih ada 20 pasal yang menceritakan segala kebobrokan mereka yang makin lama makin menjadi-jadi. Tangisan dan korban yang mereka persembahkan hanyalah sebuah ritual tanpa ada perubahan hati dan perilaku.
Demikianlah orang Israel di sepanjang Alkitab. Nantinya, ketika Pribadi Kedua Allah Tritunggal itu datang menjadi manusia dan memanggil mereka untuk bertobat, orang-orang Israel melakukan hal serupa. Kelihatannya banyak yang berbondong-bondong mengikuti Yesus. Namun, orang-orang ini juga yang nantinya berseru, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!”
Sudahlah. Tidak ada gunanya mengecam orang-orang Israel terus-terusan. Toh, kita sendiri seringkali hidup demikian, bukan? Kita jatuh dalam dosa. Kita memohon ampun. Kita jatuh lagi. Bisa dimaklumi kalau kita memang jatuh dalam kelemahan. Celakanya, seringkali kita dengan sengaja menjatuhkan diri ke lubang yang sama.
Memang, Tuhan kita Maha Pengampun. Masalahnya, apakah permohonan ampun kita adalah permohonan ampun yang sungguh-sungguh?
Refleksi Diri:
- Apakah ada dosa-dosa yang masih belum Anda selesaikan di hadapan Tuhan? Maukah Anda membawanya kepada Tuhan?
- Apa langkah-langkah praktis yang dapat Anda lakukan untuk memperbaiki kesalahan tersebut?