Mereka Yang Tidak Seiman
Hakim-hakim 1:22-26
Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?
- 2 Korintus 6:15
Anda mungkin marah membaca tindakan keturunan Yusuf di bagian ini, “Lho! Bukankah mereka berjanji memperlakukan orang itu sebagai sahabat (ay. 24)? Kenapa sekarang mereka malah ingkar janji dan mengusirnya (ay. 25)?” Sepintas baca, sepertinya yang dilakukan keturunan Yusuf memang jahat. Jika kita bandingkan, bukankah Rahab, perempuan asing sundal, tetap diizinkan tinggal bersama orang-orang Israel (Yos. 6:25)? Kenapa sekarang orang ini dan kaumnya malah diusir, padahal sudah berjasa membantu orang-orang Israel? Tidak tahu terima kasih!
Ada perbedaan mendasar antara Rahab dan orang ini. Rahab memang perempuan asing, tetapi ia menyatakan imannya kepada Allah Israel, satu-satunya Allah yang benar (Yos. 2:9-11; Ibr 11:31). Dengan kata lain, ia meninggalkan dewa-dewanya yang palsu. Sebaliknya, tidak diceritakan bahwa orang Betel ini bersedia untuk berbalik dari dewa-dewinya dan percaya kepada Allah Israel. Itulah sebabnya orang-orang Israel membiarkannya pergi.
Ini bukanlah diskriminasi agama. Tuhan yang menyertai keturunan Yusuf (ay. 22) menghendaki agar umat-Nya ini tidak sembarangan bergaul dengan mereka yang memiliki iman berbeda. Orang itu sendiri pada akhirnya dapat membangun kotanya sendiri di negeri orang Het dan menamainya Lus, seperti nama asal kota Betel (ay. 26).
Tentu saja poin dari kisah ini bukanlah bahwa orang-orang Kristen harus membangun koloni-koloni sendiri dan tidak berbaur dengan mereka yang berkeyakinan berbeda. Poinnya adalah Tuhan tahu bahwa sangat mudah umat-Nya terseret arus mengikuti gaya hidup orang-orang yang tidak mengenal-Nya. Jangankan hidup berdampingan dengan mereka yang belum percaya, di zaman kemajuan teknologi ini sangat mudah media sosial memengaruhi hidup dan menyeret kita ke cara hidup yang salah. Anak-anak muda bahkan orang-orang dewasa berlomba-lomba mengikuti tren viral yang menunjukkan sifat narsistik dan sangat merugikan baik diri sendiri dan orang lain.
Ingat, Tuhan Yesus mengajarkan kita sebagai pengikut-Nya bahwa panggilan kita adalah untuk menggarami dunia (Mat. 5:13). Biarlah panggilan ini membuat kita ingat untuk selalu mawas diri dan bijak dalam memilih lingkup pergaulan dan memfilter informasi yang kita dengar dan baca. Jangan sampai kita terpengaruh nilai-nilai yang tidak sesuai iman kita.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda memiliki pergaulan yang luas dengan orang-orang tidak seiman? Apakah Anda cenderung menggarami mereka atau sebaliknya, Andalah yang terpengaruh?
- Apa hal buruk yang Anda lakukan karena ikut-ikutan? Bagaimana cara Anda menghentikannya?