Megafon Tuhan
Hakim-hakim 2:15
Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?
- Yehezkiel 33:11
Di renungan sebelum, kita telah belajar mengenai murka Tuhan terhadap umat-Nya dan konsekuensi yang terjadi ketika orang-orang Israel mempermainkan Tuhan dan terus hidup dalam dosa. Di renungan hari ini, kita melihat bagaimana orang Israel akhirnya terjepit. Mereka merasakan sulitnya hidup sesudah meninggalkan Tuhan.
Beberapa orang, khususnya mereka yang ateis, berprasangka buruk bahwa Tuhan adalah pribadi sadis yang mendapatkan kepuasan ketika bisa melihat orang-orang yang bersalah kepada-Nya mengalami penderitaan. Prasangka ini jelas salah. Buktinya adalah ayat yang kita baca hari ini. Jika memang Tuhan mendapatkan kepuasan dari penderitaan orang-orang yang bersalah, tentu Dia akan menghabisi mereka semua, bukan? Kenyataannya, orang-orang Israel masih ada sampai sekarang.
C.S. Lewis, seorang penulis Kristen yang terkenal dengan novelnya, The Chronicles of Narnia, mengatakan, “Kita dapat mengabaikan kesenangan, tetapi penderitaan memaksa kita untuk memperhatikannya. Tuhan berbisik kepada kita melalui kesenangan-kesenangan kita, berbicara [kepada kita] melalui hati nurani kita, tetapi berseru [kepada kita] melalui penderitaan kita: [penderitaan] adalah megafon-Nya untuk membangkitkan dunia yang tuli…” (“We can ignore even pleasure. But pain insist upon being attended to. God whispers to us in our pleasures, speak in our conscience, but shouts in out pains: it is his megaphone to rouse a deaf world…”). Meski menyakitkan, kesesakan dan penderitaan yang kita alami semata-mata adalah agar kita kembali kepada Tuhan.
Tuhan membuat orang Israel terdesak, dan mungkin Anda dan saya saat ini, tetapi tidak sampai menghabisi mereka. Mengapa? Bukan karena Tuhan ingin memuaskan diri-Nya dengan melihat kita menderita, tetapi yang Dia kehendaki adalah kita berbalik. Ibarat orangtua yang menghukum anaknya supaya ia tidak mengulangi kesalahannya lagi, demikianlah Allah kita. Sayangnya, seperti anak kecil yang bodoh, kita kadang mencurigai dan berprasangka yang aneh-aneh terhadap Tuhan.
Ingat, jika saat ini Tuhan mengizinkan Anda mengalami penderitaan, itu adalah bukti kasih-Nya kepada Anda. Ia ingin Anda kembali mendekat kepada-Nya.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda sedang atau pernah mencurigai dan marah kepada Tuhan karena suatu masalah, penderitaan, kejatuhan, atau kepahitan tertentu?
- Apa yang akhirnya membuat Anda berbalik kepada Tuhan? Bagaimana perasaan Anda sesudah pengalaman rohani tersebut?