Masihkah Kita Mendukakan Dia?
Yohanes 11:17-37
Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dengan dia, maka masygullah hati-Nya.
- Yohanes 11:33a
Banyak kisah di dalam Alkitab yang menceritakan sisi kelemahlembutan hati Yesus. Pada perikop yang kita baca, Yesus sedang menangisi teman-Nya, yaitu Lazarus, yang meninggal. Namun, di balik kelemahlembutan hati-Nya, apakah benar Yesus menangis karena Lazarus meninggal? Bukankah sejak awal Yesus tahu bahwa Lazarus sudah meninggal (Yoh. 11:13)?
Jika melihat kisah sebelumnya, Yesus sendiri telah mengatakan bahwa kematian Lazarus akan menyatakan kemuliaan bagi Allah (Yoh. 11:4). Yesus sengaja tinggal dua hari lebih lama di tempat Dia singgah (Yoh. 11:6). Ketika kemudian Yesus tiba di tempat Lazarus, Dia langsung “diserbu” oleh Marta yang terlihat seakan “protes” kepada Yesus (ay. 21). Dalam bayangan Marta, Lazarus pasti tidak akan mati jika Yesus datang empat hari lebih cepat (ay. 17). Namun, Yesus merespons dengan berbicara tentang kebangkitan yang akan dialami oleh Lazarus (ay. 23, 25). Sayangnya, Marta tidak memahami apa yang Yesus katakan. Marta percaya Yesus adalah Mesias, Anak Allah, tetapi ia tidak benar-benar percaya akan kuasa-Nya.
Sama halnya ketika Yesus berjumpa dengan Maria. “Protes” kecil juga disampaikan Maria kepada Yesus (ay. 32). Menariknya, Injil Yohanes mencatat bahwa ketika Yesus melihat mereka maka “masygullah hati-Nya” (ay. 33). Di dalam bahasa asli, kata ini menunjukkan adanya kemarahan dan kekesalan di dalam hati Yesus. Bukan marah kesal karena Lazarus meninggal, melainkan karena ketidakpercayaan Maria dan Marta. Mereka percaya kepada Yesus, tetapi dalam praktiknya mereka tidak menunjukkan kepercayaan kepada Yesus.
Bukankah kita juga sering kali bersikap seperti Maria dan Marta? Kita tahu Yesus adalah Allah yang paling berkuasa, tetapi ketika menghadapi pergumulan yang berat, seketika kepercayaan akan kuasa Allah memudar. Kita mungkin mulai “protes” kecil kepada Allah tentang kondisi yang dialami. Seperti Maria dan Marta, kita percaya Yesus, tetapi dalam kenyataannya, kita tidak sungguh bersandar dan percaya pada kuasa-Nya.
Janganlah mendukakan hati Yesus, Allah yang berkuasa dalam hidup kita. Mari belajar semakin hari semakin percaya pada kuasa-Nya. Di tengah pergumulan yang sesulit apa pun, serahkanlah ketakutan dan kekhawatiran kita pada kebesaran kuasa Yesus.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda sudah meletakkan kepercayaan penuh kepada Allah yang paling berdaulat dalam hidup Anda?
- Apa yang dapat Anda lakukan untuk menyerahkan pergumulan-pergumulan Anda di hadapan Allah?
