Bagikan artikel ini :

Keyakinan = Kelakuan

Galatia 2:11-14

Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: “Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?”
- Galatia 2:14

Anda mungkin pernah mendengar cerita hidup seorang polisi jujur bernama, Aiptu Jailani. Jailani dikabarkan tidak tebang pilih dalam menegakkan peraturan. Pengendara yang ditilangnya beragam, dari warga biasa, aparat, sampai pejabat. Yang paling menarik adalah ketika Jailani bertugas menjaga di Car Free Day. Tiba-tiba seorang pengendara motor nyelonong masuk area yang tidak boleh dilewati kendaraan. Aiptu Jailani segera menghentikan motor tersebut yang ternyata dikendarai oleh istrinya sendiri! Tanpa pandang bulu, Jailani tetap menilang istrinya. Sebuah kisah menarik. Saat Jailani berseragam polisi, jati dirinya adalah polisi. Aiptu Jailani tetap menerapkan hukum yang sama dengan siapa pun ia berhadapan, termasuk istrinya sendiri.

Kehidupan orang Kristen seharusnya memiliki prinsip demikian. Ketika mengakui diri sebagai orang Kristen, hidup kita seharusnya sesuai dengan iman kita, bukan? Dengan siapa pun kita berhadapan, seharusnya hidup sesuai dengan Injil yang kita yakini. Sayang pada kenyataannya, mengakui kebenaran Injil seringkali tidak selalu berjalan bersama dengan menghidupi Injil. Petrus (atau Kefas) pernah terjatuh ke dalam situasi demikian, ketika hendak menjaga mukanya di hadapan orang-orang Kristen Yahudi maka ia memisahkan diri dari orang-orang Kristen non-Yahudi. Paulus memandangnya sebagai batu sandungan bagi orang-orang Kristen non-Yahudi. Apa yang diimani Petrus, tidak sejalan dengan perbuatannya. Adalah sangat berbahaya ketika hidup kita sangat berbeda antara keyakinan dengan kelakuan.

John Stott dalam bukunya The Radical Disciple mengatakan, “Mengapa upaya-upaya penginjilan kita sering gagal? Tentu banyak alasannya, tetapi satu alasan utama adalah kita tidak hidup seperti Kristus yang kita kabarkan.” Kristus telah menebus dengan sempurna, supaya kita juga hidup selaras antara keyakinan dan kelakuan. Karena itu, penting bagi kita memahami Injil dengan benar. Tanpa pemahaman yang benar, hidup kita akan mudah diombang-ambingkan dan yang tidak kalah penting adalah hidup sesuai dengan apa yang kita percayai. Pertanyaan besarnya: Apakah hidup kita sebagai orang Kristen, sudah sejalan dengan Injil atau tidak?


Refleksi Diri:

  • Apa sikap dan kelakuan Anda yang mungkin tidak sesuai dengan iman Kristen?
  • Bagaimana Anda mau mengubahnya supaya selaras dengan iman Kristen?