Kemerdekaan Yang Sesungguhnya
Keluaran 21:1-6
Apabila engkau membeli seorang budak Ibrani, maka haruslah ia bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada tahun yang ketujuh ia diizinkan keluar sebagai orang merdeka, dengan tidak membayar tebusan apa-apa.
- Keluaran 21:2
Gambaran apa yang terlintas di pikiran Anda ketika membaca atau mendengar kata “budak”? Budak biasanya menunjuk kepada seseorang yang mengabdi kepada tuannya seumur hidupnya. Ia tidak punya kuasa apa pun atas dirinya karena dimiliki sepenuhnya oleh tuannya. Budak tidak memiliki hak kewarganegaraan karena dianggap seperti barang yang dijualbelikan, bukannya manusia. Budak juga tidak memiliki kehormatan karena sudah tidak memiliki harga diri apa-apa lagi.
Pada zaman Perjanjian Lama, praktik budak masih diperbolehkan karena bangsa Israel masih menjadi bagian dari negara-negara Timur Tengah Kuno. Namun, apakah hukum Tuhan sama dengan hukum bangsa-bangsa lain dalam hal perlakuan terhadap para budak? Tidak sama. Ternyata budak-budak yang ada di antara bangsa Israel, khususnya orang Ibrani, tetap akan diberikan kebebasan penuh saat memasuki tahun Yobel—tahun ketujuh atau tahun pembebasan—setelah mereka bekerja melewati masa enam tahun (ay. 2). Pada tahun ketujuh, para budak diizinkan keluar dari rumah sebagai orang merdeka tanpa membayar tebusan apa pun. Mereka keluar sebagai orang yang merdeka dan tidak lagi di bawah kekuasaan siapa-siapa. Jika mereka memilih tetap sebagai budak, itu karena kerelaan mereka dan bukan karena paksaan (ay. 5-6).
Sebagai putra-putri Indonesia, kita bersyukur bangsa kita bisa merayakan kemerdekaannya yang ke-80 di tahun ini. Dengan kemerdekaan yang kita miliki, kita bukan lagi budak yang dijajah bangsa lain, melainkan orang-orang merdeka yang bebas menentukan jalan kehidupannya sendiri. Karena perjuangan dan jasa para pahlawan, kita bisa merasakan kemerdekaan, bebas dari belenggu penjajah.
Sebagai orang percaya, kita bukan lagi budak dosa, melainkan orang-orang yang merdeka dari belenggu ikatan dosa. Karena Kristus Yesus telah mati di atas kayu salib, Dia telah menebus kita dari maut dengan darah-Nya yang mahal. Karena pengorbanan-Nya, kita telah menjadi orang merdeka, bebas dari maut. “Jadi apabila Anak itu (Yesus) memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.” (Yoh 8:36).
Marilah menghargai kemerdekaan kita sebagai orang-orang yang dipanggil untuk merdeka di dalam Kristus. Janganlah diperbudak lagi oleh dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. (Gal. 5:13).
Refleksi Diri:
- Apakah Anda menyadari status Anda sebagai orang percaya yang telah dibebaskan dari maut dan hidup merdeka dari dosa?
- Bagaimana wujud penghargaan Anda atas pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib yang me-merdekakan Anda?