Kekudusan Korban Persembahan
Imamat 22:17-33
Segala yang bercacat badannya janganlah kamu persembahkan, karena dengan itu TUHAN tidak berkenan akan kamu.
- Imamat 22:20
Bayangkan seorang teman merayakan ulang tahun dan Anda memberi hadiah sebuah buku lusuh dengan halaman yang kusut dan beberapa bagian hilang. Meskipun bermaksud baik, hadiah tersebut justru menunjukkan kurangnya penghargaan Anda terhadap momen penting dalam hidup teman Anda. Ia mungkin akan merasa terhina, seolah-olah tidak cukup berarti bagi Anda untuk diberikan yang terbaik. Demikian pula dalam hal memberi persembahan bagi Tuhan. Mempersembahkan sesuatu yang cacat atau seadanya kepada Tuhan, yang layak menerima yang terbaik, adalah sebuah penghinaan terhadap kemuliaan dan kekudusan-Nya.
Imamat 22:17-33 menetapkan bahwa hanya persembahan yang sempurna tanpa cela yang berkenan diterima oleh Tuhan. Setiap hewan yang dipersembahkan harus bebas dari cacat fisik karena mempersembahkan yang kurang sempurna adalah penghinaan terhadap kekudusan Allah. Persembahan yang diberikan kepada Tuhan haruslah yang terbaik, sebagai ungkapan penghormatan dan ketaatan kepada-Nya. Namun, dalam Perjanjian Baru, kita menyadari bahwa sebagai manusia tidak mungkin memberikan yang terbaik dan sempurna karena kita semua telah berdosa. Hanya Yesus Kristus, sebagai Anak Domba Allah yang sempurna, yang dapat memenuhi tuntutan tersebut. Melalui pengorbanan-Nya, kita diperdamaikan dengan Allah, dan persembahan kita diterima bukan karena kesempurnaan kita, melainkan karena kesempurnaan Kristus.
Sebagai orang Kristen, kita harus bersandar pada kasih karunia Tuhan Yesus, korban sempurna yang diberikan kepada Allah untuk menggantikan kita dalam memenuhi tuntutan hukum Taurat. Meskipun tidak dapat memberikan yang sempurna karena keterbatasan sebagai manusia, kita tetap dipanggil untuk memberikan yang terbaik dalam segala aspek hidup sebagai respons terhadap kasih karunia-Nya. Seperti yang disampaikan Rasul Paulus, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Rm. 12:1). Melalui pengorbanan Kristus, hendaklah melayani Tuhan dengan hati yang tulus dan hidup dalam ketaatan, sambil berusaha memberikan yang terbaik kepada-Nya meskipun kita tahu kesempurnaan hanya ada di dalam Kristus.
Refleksi Diri:
- Apa saja aspek dalam hidup Anda yang belum memberikan yang terbaik kepada Tuhan?
- Bagaimana Anda dapat lebih menghargai anugerah Kristus dengan meningkatkan kualitas pelayanan dan persembahan hidup Anda kepada-Nya?