Jawaban Doa: Berkat Atau Laknat?
Hakim-hakim 7:15-25
TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?
- Mazmur 27:1
Setelah menempuh perjalanan iman panjang, Tuhan memberi Gideon kemenangan gilang-gemilang. Bermula dari seorang pengecut yang sembunyi-sembunyi mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tidak terlihat pasukan Midian (Hak. 6:11), kini ia menumpas mereka hanya dengan tiga ratus orang pasukannya. Siapakah yang membuatnya sanggup meraih kemenangan ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah Tuhan sendiri.
Seruan perang Gideon merupakan proklamasi imannya, “demi TUHAN dan demi Gideon” (ay. 18, 20). Gideon bukannya sedang menyejajarkan dirinya dengan Tuhan. Ini didasarkan pada perkataan pasukan Midian yang telah mendengar tentang Gideon dan bagaimana Allah Israel menyertainya (ay. 14). Gideon memang belum memiliki pencapaian apa pun saat itu, tetapi nama Yahweh, Allah Israel yang perkasa, sudah ditakuti oleh bangsa-bangsa penyembah berhala. Jadi, alasan orang-orang Midian takut kepada Gideon bukanlah karena diri Gideon sendiri, melainkan karena Allah yang perkasa ada di pihaknya. Gideon menyuruh pasukannya menyerukan, “demi TUHAN dan demi Gideon,” bukan untuk menyamakan dirinya dengan Tuhan, tetapi seolah menyerukan kepada musuh-musuhnya, “TUHAN ada bersama-sama dengan Gideon dalam peperangan ini!” Ini adalah puncak karier sekaligus puncak kerohanian Gideon. Ia memperoleh kemenangan, tetapi tetap sadar bahwa semuanya terjadi semata-mata karena anugerah Tuhan. Perjalanan panjang imannya, mengubahnya menjadi seorang pahlawan pemberani.
Dalam hidup ini, seringkali kita mendapati doa kita tidak kunjung dikabulkan, hal yang kita harapkan tidak Tuhan berikan, dan penantian seolah tak pernah berakhir. Mengapa demikian? Melalui Gideon kita belajar bahwa Tuhan memberikan kemenangan tersebut hanya setelah Gideon melewati perjalanan imannya. Yang penting bukan tujuan akhirnya, melainkan bagaimana kita berproses dalam masa pembentukan Tuhan. Sebaliknya, jika Tuhan terlalu cepat menjawab doa, tanpa mempersiapkan kita untuk menerimanya, jawaban doa tersebut bukannya menjadi berkat malah menjadi laknat. Saya pernah mendengar seorang istri yang berharap dipromosikan di tempat kerjanya. Saat harapannya terkabul, kenaikan jabatan tersebut membuatnya sombong dan merendahkan suaminya. Pernikahannya berakhir kandas. Ia tidak siap, tidak cukup rendah hati untuk menerima promosi tersebut.
Jika Tuhan Yesus belum menjawab doa Anda, jangan kehilangan pengharapan. Ingatlah bahwa Dia sedang mempersiapkan Anda untuk menerimanya.
Refleksi Diri:
- Apakah ada doa dan permohonanan Anda yang saat ini belum dijawab oleh Tuhan?
- Apakah Anda sudah benar-benar siap jika Tuhan memberikan jawaban doa tersebut sekarang? Ataukah berkat justru menjadi laknat?