Imam Sebagai Seorang Guru
Imamat 10:8-20
Haruslah kamu dapat membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang najis dengan yang tidak najis,
- Imamat 10:10
Peribahasa Indonesia berbunyi: Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Artinya, murid-murid akan meniru kelakuan seorang guru. Imam adalah wakil umat di hadapan Allah. Seorang imam mewakili umat Allah mempersembahkan korban, memohonkan pengampunan umat Allah, serta berdoa bagi mereka. Selain menjadi pengantara antara umat dan Allah, bagian firman Tuhan hari ini juga mengulas peran imam sebagai guru bagi umat Allah. Bagaimana mereka dapat menjalankan tugas dengan baik?
Perikop bacaan dimulai dengan larangan bagi seorang imam untuk minum anggur atau minuman keras ketika bertugas di dalam Kemah Pertemuan (ay. 9). Larangan ini hanya berlaku pada saat imam bertugas. Mengapa? Pertama, agar imam tidak mabuk saat menjalankan tugas. Tujuannya menghindari melakukan tugas keimaman dengan sembarangan, seperti yang dilakukan oleh Nadab dan Abihu pada bagian sebelum. Kedua, agar imam mampu dengan jelas membedakan antara yang kudus dan yang tidak kudus, yang najis dan yang tahir (ay. 10). Ketiga, agar imam mampu mengajarkan segala ketetapan Allah kepada umat (ay. 11). Sebagai guru, seorang imam menjadi contoh, memahami dengan tepat ajaran Tuhan, dan mengajarkannya kepada umat Allah.
Seorang imam perlu hikmat bijaksana dalam melaksanakan tugasnya. Musa memerintahkan Eleazer dan Itamar untuk mengambil korban tersisa dan memakannya (ay. 12). Namun, setelah beberapa waktu Musa memeriksanya ternyata korban tersisa tidak dimakan oleh Harun dan kedua anaknya, melainkan dibakar sampai habis (ay. 16). Musa marah kepada kedua keponakannya (ay. 17). Harun menjawab bahwa memang seharusnya korban tersisa dimakan, tetapi setelah apa yang terjadi hari itu, yakni bahwa Nadab dan Abihu dihukum mati, mereka tidak memakannya (ay.19). Sekalipun tidak boleh meratap karena kehilangan orang terdekat, mereka tetap berduka. Mereka akhirnya berpuasa untuk tidak makan hari itu. Jawaban yang penuh hikmat diterima oleh Musa (ay. 20).
Kita adalah imam-imam di hadapan Allah. Kita dituntut untuk menjadi teladan bagi sesama umat Allah, memahami dengan tepat firman Allah, dan mengajarkannya kepada yang lain. Hal ini berlaku bagi kita sebagai orang tua kepada anak-anak ataupun di dalam gereja Kristus kepada saudara-saudara seiman lainnya.
Refleksi Diri:
- Bagaimana peran Anda sebagai imam di dalam keluarga ataupun kepada saudara seiman?
- Apakah Anda sudah menjadi teladan guru yang bijak bagi anak-anak ataupun generasi yang lebih muda?