Haus Penerimaan
Galatia 2:11-14
Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.
- Galatia 1:10
Sen Sendjaya dalam bukunya Leadership Reformed mengatakan, “Kita mungkin berusaha hidup untuk mencari persetujuan dari Allah, setidaknya secara teori, tetapi kenyataannya, kita hidup untuk mencari persetujuan dari orang lain.” Orang Kristen masa kini bisa terjatuh pada hal serupa, lebih mementingkan penilaian orang lain ketimbang kebenaran Injil. Mana pemikiran yang lebih sering membuat kita gelisah? Bagaimana kalau orang-orang tidak menyukai saya? Kenapa saya tidak dipuji atas kinerja saya? Jangan sampai saya ditolak dari lingkungan saya atau apakah tindakan saya sudah sesuai dengan kebenaran Injil atau tidak? Harus diakui, terkadang kita tergoda untuk mendapatkan penerimaan orang lain. Penerimaan lebih penting buat kita dibandingkan berdiri dalam kebenaran Injil dengan berbagai risikonya.
Rasul Paulus menunjukkan kepada jemaat Galatia, bahwa Petrus (atau Kefas) pun pernah melakukan hal yang serupa. Pada awalnya Petrus menikmati persekutuan dengan orangorang Kristen non-Yahudi, tetapi setelah orang-orang Kristen Yahudi datang, ia menjauhi mereka. Mungkin Petrus takut dianggap kurang Yahudi, meskipun kita tidak menemukan penjelasan alasan takutnya. Namun, yang pasti Petrus lebih memikirkan kepentingan orang lain daripada kebenaran Injil. Paulus bukan berarti tidak pernah memikirkan penilaian orang lain. Ia sering memikirkan penilaian orang lain, tetapi selalu berhubungan dengan bagaimana Injil dapat didengar oleh mereka.
Kabar baiknya adalah kita telah mendapatkan penerimaan sepenuhnya di hadapan Bapa karena Tuhan Yesus Kristus. Hal yang tadinya mustahil didapatkan sekarang kita dapatkan, yaitu penerimaan Allah. Bersyukur kita telah diterima karena pengorbanan Yesus yang membuat kita layak di mata Allah. Kita tidak perlu membuktikan diri untuk mendapatkan penerimaan orang lain. Kita tidak lagi fokus kepada diri sendiri, melainkan fokus hanya kepada Kristus. Sekarang giliran kita apakah, “kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” Jadilah, murid Kristus yang setia, yang selalu melihat kehidupan dari sisi kebenaran Injil.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda sering mengorbankan kebenaran Injil demi mendapatkan penerimaan orang lain?
- Apa yang diperlukan supaya Anda tidak sibuk mencari penerimaan orang lain?