Dunia Berubah, Firma-Nya Tetap
Imamat 20:10-21
Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.
- Imamat 20:13
Perkawinan sejenis mulai dilegalkan pada tahun 2001 ketika Belanda menjadi negara pertama yang mengesahkan undang-undang tersebut. Sejak saat itu, semakin banyak negara mengikuti jejaknya dan hingga tahun 2024, lebih dari tiga puluh negara di seluruh dunia telah melegalkan perkawinan sejenis. Legalitas dan penerimaan sosial yang semakin meluas mencerminkan betapa umum praktik perkawinan sejenis terjadi di zaman ini. Ini menunjukkan perubahan besar dalam pandangan masyarakat terhadap pernikahan dan hubungan seksual. Manusia telah jatuh begitu dalam ke dalam lumpur keberdosaan dan kegelapan dunia.
Imamat 20:10-21 merinci berbagai dosa seksual yang dilarang oleh Allah bagi bangsa Israel. Larangan ini mencakup perzinahan (hubungan dengan istri orang lain, ay. 10), inses (hubungan dengan kerabat dekat seperti istri ayah, menantu atau saudara perempuan, ay. 11-12, 17), dan bestialitas (hubungan dengan binatang, ay. 15-16). Khusus pada ayat 13, Allah dengan tegas melarang homoseksualitas, yaitu hubungan seksual antara sesama lakilaki. Allah menganggap semua kejahatan dosa seksual tersebut sebagai kekejian yang layak dihukum mati. Larangan-larangan ini diberikan untuk menjaga kekudusan umat Israel dan memisahkan mereka dari praktik-praktik amoral yang dilakukan oleh bangsa-bangsa di sekitar mereka.
Rasul Paulus dalam Perjanjian Baru, juga menyampaikan larangan Tuhan yang sama melalui 1 Korintus 6:9b-10, “Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci (laki-laki yang bertingkah seperti wanita), orang pemburit (persetubuhan sesama lelaki), ... tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”
Meskipun masyarakat modern semakin menerima berbagai bentuk hubungan seksual yang dilarang dalam Imamat 20, termasuk homoseksualitas, tetapi panggilan Allah untuk hidup kudus tetap tidak berubah. Sebagai murid-murid Yesus kita dipanggil untuk mematuhi standar moral yang ditetapkan dalam firman Tuhan, menjaga kemurnian dan kekudusan dalam hubungan seksual, serta menolak mengikuti tren dunia yang bertentangan dengan kehendak-Nya (bdk. 1Ptr. 1:14-16). Menghormati perintah Allah dalam hal seksualitas berarti menjaga hubungan yang sesuai dengan rancangan-Nya dan tetap setia pada prinsip-prinsip Alkitab.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda mempertahankan pandangan dan tindakan mengenai hubungan seksual sesuai dengan standar kekudusan yang ditetapkan oleh Allah?
- Bagaimana Anda dapat menunjukkan kasih kepada orang lain sambil tetap memegang teguh kebenaran Alkitab tentang seksualitas?