Bagikan artikel ini :

Doa Tujuh Kata

Lukas 18:9-14

Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
- Lukas 18:13b

Perumpamaan yang Yesus ceritakan ini sangat menohok orang-orang yang mendengarnya, mengapa? Karena doa seorang pemungut cukai menjadi sorotan, padahal doanya pendek, kata-katanya tidak puitis. Doa dari seseorang yang dicap buruk di masyarakat. Gesturnya saja sudah berbeda. Pemungut cukai berdiri jauh-jauh, sepertinya sadar dirinya tidak pantas berada di tempat orang Farisi berdiri. Belum lagi dikatakan ia tidak berani menengadah ke atas, hanya tertunduk dan memukul dirinya, sambil berkata, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” Doanya singkat, salah satu doa terpendek di dalam Alkitab. Tujuh kata dalam bahasa Indonesia, sama jumlahnya dalam bahasa Inggris, tetapi hanya enam kata dalam bahasa Yunani. Doa pemungut cukai adalah kesadaran yang mendalam tentang Tuhan dan tentang dirinya. Ia sadar ada jarak yang terbentang begitu jauh antara Tuhan dengan dirinya sehingga mengatakan di dalam doanya: Allah dan aku orang berdosa.

Pemungut cukai mengatakan dirinya sebagai sang pendosa. Ia melihat dirinya sendiri, bukan membandingkan dengan orang lain. Pemungut cukai juga tidak membawa embelembel, “Tuhan, dulu sebelum jadi pemungut cukai, aku pernah berbuat baik lho.. Aku pernah kasih persembahan dan berpuasa. Tolong kasihani aku karena semua itu.” Ia tidak membawa apa-apa, kecuali mengakui dirinya orang berdosa di hadapan Tuhan. Ini hanya tentang dirinya dan Tuhan saja. Apa yang menarik di sini? Pemungut cukai bukan hanya menyesali dosadosanya, baginya Tuhan-lah satu-satunya jalan keluar untuk hidupnya. Ia tahu diri di hadapan Tuhan, ia sadar dirinya orang berdosa, dan ia tahu siapa Tuhan.

Kenali siapa diri Anda sesungguhnya, dengan memandang Tuhan yang Mahakudus, Mahakasih, Mahaadil, dan yang sempurna. Anda akan melihat diri Anda tidak pantas untuk bermegah sedikit pun atas segala kebaikan yang Anda buat di hadapan Tuhan. Mungkin secara lahiriah Anda tidaklah buruk, bahkan banyak melakukan perbuatan baik. Namun, siapa yang dapat mengendalikan hati? Siapa yang dapat berkata hati saya bersih selama ini, tidak pernah mendendam, membenci, memiliki pikiran kotor dan curang, tidak mengharapkan kecelakaan pada orang yang telah merugikan saya, tidak juga mengharapkan pujian orang lain atas kebaikan yang telah saya lakukan. Biarlah kita bisa berkata, “Ya Tuhan, terima kasih untuk belas kasihan-Mu, pada saya orang berdosa ini.”


Refleksi Diri:

  • Mengapa penting untuk selalu menyadari siapa diri Anda di hadapan Tuhan?
  • Bagaimana sikap hidup yang mau Anda jalani, sebagai orang yang telah menerima belas kasihan Tuhan?