Bagikan artikel ini :

Darah SImbol Kehidupan

Imamat 17:10-16

Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan  erantaraan nyawa.
—Imamat 17:11

Darah adalah simbol kehidupan yang tak ternilai harganya. Dalam Alkitab, darah tidak hanya melambangkan kehidupan, tetapi juga penebusan yang mendalam dan pengampunan dosa. Dari persembahan korban di Perjanjian Lama hingga darah Kristus yang tercurah di kayu salib, darah menjadi tanda kasih dan pengorbanan yang menyelamatkan.

Imamat 17:10-16 menegaskan larangan bagi orang Israel dan pendatang untuk makan darah. Tuhan memerintahkan hal ini karena nyawa makhluk terdapat dalam darahnya dan darah diberikan untuk mengadakan pendamaian di atas mezbah bagi nyawa manusia. Oleh karena itu, makan darah dianggap sebagai pelanggaran serius dan membawa hukuman berat, termasuk pemutusan hubungan dengan komunitas Israel. Orang yang berburu harus menumpahkan dan menimbun darah binatang yang ditangkap karena darah adalah simbol kehidupan yang sakral di hadapan Tuhan.

Larangan makan darah di dalam Imamat 17 terkait dengan kesucian hidup. Darah dianggap mewakili nyawa sehingga larangan ini juga mencerminkan penghormatan terhadap perintah keenam dari Sepuluh Perintah Allah: Jangan membunuh. Namun, dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus mengajarkan bahwa segala sesuatu halal jika diterima dengan ucapan syukur (1Tim. 4:4-5) menunjukkan kebebasan orang Kristen dari hukum-hukum seremonial. Meskipun demikian, prinsip menghormati kehidupan tetap relevan. Larangan makan darah dapat dipandang sebagai simbol penghargaan terhadap kehidupan yang diberikan Allah. Oleh karena itu, larangan ini lebih dari sekadar aturan diet, tetapi juga pengingat untuk menghormati karunia hidup dan menjaga kekudusan di hadapan Tuhan.

Hari ini, kita sebagai orang Kristen, dipanggil untuk menghormati kehidupan sebagai anugerah dari Tuhan, sekaligus mempraktikkan kebebasan dengan bertanggung jawab. Menerima segala sesuatu dengan ucapan syukur berarti menyadari bahwa semua yang kita terima berasal dari Tuhan dan kita harus memperlakukannya dengan rasa hormat dan penghargaan. Ini mengajarkan kita untuk tidak hanya mematuhi hukum secara lahiriah, tetapi juga menjaga hati kita dari sikap yang merendahkan kehidupan.


Refleksi Diri:

  • Bagaimana Anda dapat lebih menghargai kehidupan yang diberikan Tuhan dalam tindakan dan sikap sehari-hari?
  • Apakah Anda mempraktikkan kebebasan dalam Kristus dengan penuh rasa syukur dan bertanggung jawab?