Budak Dan Salib
Yohanes 13:4-17
Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu;
- Yohanes 13:14
Apa sebenarnya yang mau Tuhan Yesus tunjukkan dengan membasuh kaki kedua belas murid-Nya? Apakah Yesus ingin para pengikut-Nya mempraktikkan pada masa itu pembasuhan kaki? Kalau memang benar Yesus ingin para murid-Nya mencontoh teladan membasuh kaki begitu saja, seharusnya Yesus berulang kali melakukan-Nya. Namun, Yesus hanya sekali melakukannya dan dilakukan di saat-saat akhir hidup-Nya.
Coba kita perhatikan percakapan Yesus dengan Petrus saat Dia membasuh kakinya. “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” (ay. 7). Kata-kata Yesus menunjukkan sesuatu yang lebih dari sekadar praktik pembasuhan kaki. Kemudian Petrus menanggapi, “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selamalamanya.” (ay. 8a). Yesus menjawab, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” (ay. 8b). Pembasuhan kaki adalah lambang pengorbanan Yesus di kayu salib. Tanpa dibasuh kakinya, Petrus nantinya tidak akan mengerti mengenai makna merendahkan diri yang Yesus contohkan dan mengapa Dia melakukannya.
Sebuah artikel menuliskan sub judul Budak dan Salib. Tulisan di artikel tersebut mengatakan demikian: Jika membasuh kaki adalah tugas budak yang paling rendah, maka penyaliban di depan umum merupakan ancaman unik bagi kelas budak. Budak sangat rentan untuk disalibkan. Penyaliban juga dikenal dengan “hukuman para budak”. Tuhan Yesus menunjukkan pelayanan-Nya, dengan membasuh kaki murid-murid-Nya, yang adalah gambaran dari perendahan diri-Nya sampai mati di kayu salib. Yesus rela hati mengambil rupa hamba, yang direndahkan sampai tingkat yang paling buruk, bahkan sampai mati.
Karena Yesus telah taat sampai mati disalib, kita dibuat mampu untuk mengikuti jejak-Nya. Jadi, Yesus tidak hanya memberikan contoh pelayanan, Dia sedang memberikan kekuatan untuk melayani melalui pembasuhan kaki yang dilakukan-Nya. Tanpa kita sadari, kita telah dilayani oleh Yesus melalui pembasuhan tersebut. Jika kita tidak memiliki kerinduan untuk melayani orang lain, kita tidak akan mampu mengikuti cara Yesus dalam melayani. Karena itu, mari jalani hidup dengan memiliki hati dan sikap untuk melayani seperti yang Kristus contohkan.
Refleksi Diri:
- Mengapa terkadang melayani menjadi sesuatu yang dihindari seseorang?
- Apakah Anda mau hidup dengan sikap dan hati melayani seperti yang Yesus telah lakukan saat melayani kita terlebih dahulu?
