"Bodoh Itu Dosa!"
Hakim-hakim 16:4-22
Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
- Amsal 1:7
Bukannya menjadi sedih dan simpati terhadap Simson setiap kali membaca perikop ini, saya malah tertawa geli. Saya teringat ketika masih di seminari, saat membahas perikop ini dalam kelas Perjanjian Lama. Dosen saya mengulas bagaimana Simson tiga kali jatuh ke dosa seksual. Dengan gaya emak-emak, ia mengomel panjang lebar seolah-olah Simson adalah cucunya sendiri. Mendengar kuliah bernuansa omelan emak-emak, seorang mahasiswa pria berusaha membela Simson, “Tapi, bu… namanya juga laki-laki. Kan wajar kalau tergoda perempuan,” dengan suara memelas, seolah-olah dirinya adalah Simson. Lebih kocak lagi, saat mengingat bahwa mahasiswa ini adalah seorang playboy. Kami mati-matian berusaha menahan tawa. Dosen kami, bukannya melembut malahan menjawab dengan sengit bukan main. “Itu kan terjadi karena kebodohannya?!” ujarnya sambil menggebrak-gebrak meja, “bodoh itu dosa!” Kelas kami meledak dengan tawa, khususnya karena perkataan “bodoh itu dosa” dari beliau.
Tentu saja “bodoh” yang dimaksud dosen saya bukanlah bodoh secara akademis. Bukanlah sebuah dosa jika seseorang dilahirkan dengan IQ dua digit atau tidak bisa matematika. Bodoh yang dimaksud adalah kebodohan spiritual, yakni ketika seseorang menolak untuk menjauhi godaan yang akan membuatnya jatuh dalam dosa meskipun ia tahu bahayanya. Bahasa lain untuk kebodohan semacam ini adalah “bebal”. Itulah Simson. Ia tahu bahwa wanita adalah titik lemahnya. Ia bahkan tahu, lewat pengalaman sebelumnya, bahwa musuh-musuhnya menggunakan wanita untuk menjatuhkan dirinya. Tetapi bukannya jera dan mohon ampun kepada Tuhan sekaligus bersyukur karena Dia meluputkannya, di perikop selanjutnya Simson malahan meneruskan petualangan cintanya dengan gadis lain, yakni Delila. Akibatnya, tidak hanya berdosa di hadapan Tuhan, kini ia menjadi tawanan orang-orang Filistin. Sungguh kebodohan hakiki!
Entah mengapa, banyak orang Kristen yang sama seperti Simson. Di bibir berdoa mengikuti ajaran Tuhan Yesus, “Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” Namun, diri sendiri malah menghampiri pencobaan tersebut. Ketika pada akhirnya jatuh ke dalam dosa, banyak dalih-dalih dikemukakannya.
Anda tidak mau jadi orang bodoh? Hindarilah hal-hal yang dapat menyeret Anda pada dosa. Penulis Amsal mengatakan bahwa hidup yang demikian dalam kewaspadaan dan takut akan Tuhan—adalah permulaan menjadi orang berhikmat.
Refleksi Diri:
- Apa titik lemah Anda yang membuat Anda rentan berbuat dosa? Bagaimana pengalaman Anda jatuh karena hal tersebut? Cobalah introspeksi diri.
- Apa hal praktis dan sederhana yang dapat Anda lakukan untuk menghindari godaan tersebut?