Bagikan artikel ini :

Bocah-Bocah Ingusan

Amsal 23:22-25

Biarlah ayahmu dan ibumu bersukacita, biarlah beria-ria dia yang melahirkan engkau.
- Amsal 23:25

Sebuah penggalian arkeologi menemukan sepucuk surat berusia 3.800 tahun dari ukiran lempung. Surat ini bukan dokumen kerajaan atau catatan sejarah, melainkan surat dari seorang bocah ingusan dari kerajaan Babel kepada ibunya. Demikian isinya: Setiap tahun, pakaian anak-anak muda makin lama makin baik, tetapi engkau membiarkan bajuku makin lama makin buruk. Engkau pastinya sengaja membuat pakaianku makin jelek dan lusuh. Padahal wol di rumah kita terpakai tiap hari layaknya roti, tetapi engkau hanya membuatkan baju jelek untukku. Putra dari Adad-iddinam (yang ayahnya hanya karyawan ayahku) mendapat DUA baju baru, sementara engkau banyak cingcong mengenai SATU bajuku saja. Padahal engkau adalah ibu kandungku, sementara ibunya hanyalah ibu angkat! Ibunya sayang dia. Sementara engkau, engkau tidak sayang aku!

Menggelikan, bukan? Rupanya fenomena bocah marah-marah kepada orangtuanya karena tidak mendapat apa yang mereka inginkan adalah fenomena universal sepanjang zaman. Bedanya, bocah Babel ini merengek karena tidak mendapat baju baru, sementara bocah zaman now merengek karena tidak mendapat ponsel terbaru. Jika Anda adalah orangtua, Anda mungkin mengalami hal yang sama dengan anak Anda, bukan?

Namun, janganlah menyalahkan anak zaman now. Bagaimana dengan kita sendiri? Bukankah kita semua pernah menjadi bocah ingusan yang sering memperlakukan orangtua kita demikian? Kita banyak mengeluh dan komplain tentang mereka, tetapi mereka tetap sabar. Bahkan ketika sudah dewasa pun, kita seringkali melupakan mereka dalam kesibukan pekerjaan atau keluarga kita, bahkan mengomeli mereka. Akan tetapi, yang namanya orangtua tetap senang ketika anaknya mengingat dan mengunjungi mereka.

Ngomong-ngomong tentang bocah ingusan dari Babel tersebut, Anda mungkin bertanya-tanya, “Kok bisa surat ini masih awet dan terpelihara dengan baik selama 3.800 tahun, jauh lebih baik daripada banyak dokumen kerajaan masa lampau?” Beberapa ahli berpendapat bahwa sang ibu menyimpan surat dari anaknya tersebut dengan baik, meskipun isinya hanya keluhan.

Ibu yang luar biasa menyayangi dan sabar terhadap anaknya, bukan? Itulah cinta kasih orangtua kepada anaknya, meskipun anaknya adalah bocah-bocah ingusan. Mari kita mengingat orangtua kita hari ini. Hubungi mereka, kunjungi mereka, dan ajak mereka jalan-jalan.


Refleksi Diri:

  • Bagaimana hubungan Anda dengan orangtua Anda? Apakah Anda masih mengingat mereka atau sudah mengabaikan mereka?
  • Apa hal yang dapat Anda lakukan untuk menunjukkan kasih Anda kepada mereka hari ini?